Suku bunga yang lebih rendah juga menguntungkan sektor ini, karena biaya rumah yang lebih terjangkau untuk konsumen.
Cuma memang, marketing sales sejumlah pemain besar pada kuartal tiga tahun ini diperkirakan melambat. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) bahkan diperkirakan hanya akan mencatat marketing sales Rp2,5 triliun.
Selain turun 9% secara tahunan dan 10% secara kuartalan, perkiraan angka itu juga menjadi yang terendah bagi CTRA sejak awal tahun.
Itu karena umumnya peluncuran unit baru properti di kuartal III lebih sedikit dibanding kuartal lain dan ini terjadi setiap tahun di semua pemain properti.
Catatan lain adalah, terkait pergerakan saham yang sudah naik di kisaran 11%-18% sejak awal tahun. Kenaikan juga sempat trakselerasi antara 17%-38% sejak Juli 2024.
Harga yang sudah naik tinggi diperkirakan akan membuat saham properti berfluktuasi setidaknya selama dua bulan ke depan.
Fluktuasi juga dipicu adanya kekhawatiran depresiasi rupiah yang memicu keluarnya dana asing, yang mana investor asing belakangan juga sudah menjadikan saham properti dalam daftar favorit.
Meski demikian, mempertimbangkan fundamental properti yang masih terbilang prospektif, CGS memasang sikap bullish pada sektor ini.
Saham unggulannya jatuh pada CTRA, Pakuwon Jati (PWON) dan Summarecon Agung (SMRA). CGS merekomendasikan add ketiganya dengan target harga masing-masing Rp1.485/saham, Rp530/saham, dan Rp715/saham.
(ibn/dhf)