Pelemahan rupiah juga sudah terlihat di pasar forwards. Kurs rupiah di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) kemarin berada di Rp 15.570/US$. Lebih lemah dibandingkan posisi penutupan di pasar spot kemarin yaitu Rp 15.510/US$.
Dolar Reli
Penguatan dolar AS menyebabkan mata uang lain bertumbangan. Pada pukul 08:00 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,25% ke 103,521.
Dalam sepekan terakhir, indeks ini menguat 0,62% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 2,58%.
Reli dolar AS dipicu oleh pernyataan Donald Trump, salah satu kandidat presiden AS dalam Pemilu 2024. Dalam wawancara bersama Bloomberg News, Trump menegaskan bahwa jika terpilih nanti pemerintahannya akan menaikkan tarif bea masuk, mengurangi tarif pajak dan regulasi, serta mencoba berkomunikasi lebih intens dengan bank sentral Federal Reserve.
Perkembangan ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik. Untuk tenor 10 tahun, kemarin yield naik 1,6 basis poin (bps) ke 4,032%.
Saat yield naik, maka aset-aset berbasis dolar AS menjadi menarik. Jadi tidak heran dolar AS jadi buruan, sehingga mata uang negara lain (khususnya negara berkembang) ditinggalkan.
Rupiah menjadi salah satunya. Ini tercermin dari hasil lelang Surat Utang Negara (SUN).
Penawaran yang masuk (incoming bids) yang masuk dalam lelang SUN kemarin tercatat Rp 44,27 triliun. Lebih rendah dibandingkan lelang SUN sebelumnya yakni Rp 46,65 triliun.
Sedangkan incoming bids dari investor asing dalam lelang kemarin adalah Rp 7,2 triliun. Jauh lebih rendah ketimbang lelang SUN sebelumnya yang mencapai lebih dari Rp 11 triliun.
(aji)