Kredit hilirisasi
Di sisi lain, bank yang mencatat nilai aset Rp1.425,42 triliun itu, juga masih meminati penyaluran kredit di sektor hilirisasi, yang sejauh ini pertumbuhannya cukup bagus dicatatkan oleh perseroan.
"[Pertumbuhan] kami bagus, kami mendukung hilirisasi. [Nilai] harus kami cek lagi namun pertumbuhannya sangat baik dan kami juga merasa hilirisasi itu memberi value added yang positif dan tentu sebagai perbankan nasional tentu kami melihat bagaimana pertanggungjawaban dari perusahaan tersebut baik untuk lingkungan, pembukaan lapangan kerja, tentu efek-efek itu kami pelajar dengan seksama," jelas Hera.
Hera memastikan BCA terbuka untuk memperbanyak pembiayaan di segmen itu. "Kami sangat terbuka untuk debitur, masyarakat yang membutuhkan pembiayaan dari BCA, sepanjang sesuai dengan kebutuhan," kata Hera.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyinggung tentang partisipasi perbankan dalam negeri yang masih minim dalam membiayai proyek hilirisasi nikel.
Masih minim partisipasi perbankan lokal membuat sektor hilirisasi di Indonesia saat ini banyak didominasi oleh perbankan asing, terutama Tiongkok.
Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan, sampai Agustus lalu, laju penyaluran kredit ke industri pengolahan terkait hilirisasi masih tumbuh kencang, hingga 10,58% year-on-year, dibanding sebelumnya yang hanya tumbuh 5,27%.
Namun, bila dibandingkan total penyaluran kredit bank keseluruhan, pengucuran pinjaman ke sektor tersebut memang masih kecil, hanya 2,61% dari total kredit pada Agustus.
(rui/ain)