Logo Bloomberg Technoz

Patrick Sykes - Bloomberg News

Bloomberg, Angkatan udara Israel menyerang target-target di Beirut untuk pertama kalinya dalam hampir seminggu. Amerika Serikat (AS) lantas mengancam akan menghentikan pasokan senjata jika krisis kemanusiaan di Gaza tidak membaik.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya melancarkan serangan Rabu (16/10/2024) dini hari di lokasi penyimpanan senjata bawah tanah di pinggiran selatan Beirut, basis kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran.

Serangan udara itu terjadi hanya beberapa jam setelah perdana menteri Lebanon mengatakan AS telah meyakinkan pihaknya bahwa serangan Israel di ibu kota akan mereda.

Serangan di Beirut itu terjadi usai udara di Lebanon selatan dan timur yang menewaskan 14 orang semalam, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Sebelumnya, militer Israel mengatakan telah mencegat sekitar 50 proyektil yang diluncurkan Hizbullah.

Peristiwa itu menandai ketegangan yang makin tinggi setelah berhari-hari terjadi baku tembak, sekalipun pejabat Lebanon mengatakannya sebagai upaya AS untuk meredakan pertempuran di sekitar Beirut.

Menurut badan pengungsi PBB, Israel kini telah memberi tahu orang-orang di wilayah yang setara dengan seperempat Lebanon untuk pindah. Akibat konflik tersebut, 1,2 juta orang telah mengungsi.

Bahkan lebih banyak lagi–sekitar 1,9 juta–di Gaza telah mengungsi akibat perang Israel dengan Hamas, kelompok militan lain yang didukung Iran.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin memberikan peringatan kepada Israel melalui surat yang dikirim kepada para menterinya pada 13 Oktober.

Surat itu berbunyi bahwa AS mungkin akan membatasi aliran senjata ke negara Yahudi itu jika mereka tidak mengizinkan lebih banyak bantuan masuk ke daerah kantong Palestina dalam waktu 30 hari.

Jumlah bantuan ke Gaza turun sejak April 2024. (Bloomberg)

Hamas, yang serangan mematikannya ke Israel tahun lalu memicu perang saat ini di Gaza, dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS. Hizbullah telah menembakkan roket dan rudal ke Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Hamas, dan juga ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS.

Iran, pendukung utama Hamas dan Hizbullah, tengah melakukan upaya diplomatik untuk mengumpulkan dukungan regional dalam pertikaiannya dengan Israel.

Menteri Luar Negeri Republik Islam tersebut, Abbas Araghchi berangkat ke Yordania untuk melanjutkan lawatan diplomatiknya ke kawasan tersebut, sementara Iran bersiap-siap menghadapi respons Israel atas serangan rudalnya pada 1 Oktober.

Abbas Araghchi akan mengunjungi Mesir dan Turki setelah Yordania, menurut pernyataan kementerian.

(bbn)

No more pages