“Kenapa kita harus ekspor benturan kelapa? Kenapa kita jangan ekspor nata de coco saja? daripada ekspor butiran kelapa. Nah ini PR-PR [pekerjaan rumah] kita,” ucap Amalia.
Dua komoditas tersebut masuk dalam kelompok hilirisasi agro, melengkapi rencana pengembangan hilirisasi sagu yang tengah digodok oleh pihaknya,
“Agro sudah jelas, ada tiga, sawit, kelapa dan sagu,” tegas Amalia.
Selanjutnya, hilirisasi pada sektor ekonomi biru yakni rumput laut. Menurut dia, produk-produk rumput laut dapat dikembangkan menjadi beberapa produk dengan efek ekonomi yang lebih tinggi, salah satunya bioplastik atau lapisan kemasan biodegradable.
“Kita bisa juga rumput laut menjadi snack, kita bisa juga rumput laut menjadikan bahan baku farmasi, kemudian nutritional food, dan lain-lain. Artinya rumput laut kalau diolah di Indonesia bisa menghasilkan penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi,” jelasnya.
Meski demikian, Amalia menegaskan bahwa hilirisasi tambang masih menjadi salah satu fokus pemerintahan ke depan. Namun nantinya sederet komoditas tersebut akan ditambahkan menjadi fokus hilirisasi lima tahun ke depan.
“Jadi lima tahun ke depan kita akan mendorong produk hilirisasi agro, tambah sumber daya laut dengan komoditas-komoditas terfokus,” tutur Amalia.
(azr/lav)