Dia dan rekan pendiri Eka Setia Wijaya menolak memberikan target ukuran untuk IPO di Jakarta, tetapi memperkirakan valuasi perusahaan saat ini sekitar US$300 juta (Rp4,6 triliun), sebuah peningkatan eksponensial dari modal awal sebesar US$150.000 (Rp2,3 miliar) yang mereka kumpulkan bersama pada tahun 2014.
Hal ini semakin mengesankan mengingat Indonesia adalah rumah bagi salah satu populasi Muslim terbesar di dunia, di mana minum alkohol bukanlah kegiatan yang populer dan minuman beralkohol dikenakan pajak yang tinggi.
IPO ini akan menambah hingga 95 perusahaan yang berencana untuk mencatatkan saham di pasar saham terbesar di Asia Tenggara, menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan. Sebanyak 5,42 triliun rupiah (US$348 juta) telah berhasil dihimpun dari pencatatan baru hingga tahun ini.
Tanjaya mengatakan semua hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja. Para pendiri sedang bersiap untuk berbicara dengan bank-bank sambil tetap terbuka terhadap opsi pendanaan lainnya.
Nasi Goreng
Holywings telah mengalami pertumbuhan pesat dalam satu dekade terakhir dari awalnya sebagai warung "nasi goreng" di Jakarta. Setelah beberapa bulan penjualan yang lesu, Tanjaya dan Wijaya mulai menawarkan hiburan langsung.
Tak lama kemudian, tempat tersebut menarik kerumunan dan bahkan memicu berbagai format, mulai dari klub malam kelas atas dengan meja seharga hampir US$1.000 (Rp15 juta) hingga bar musik untuk pasar massal di mana pengeluaran rata-rata sekitar US$5 (Rp77 ribu).
"Kami masih menawarkan nasi goreng itu di menu kami," kata Wijaya. "Resepnya sama, tapi sekarang penjualannya lebih baik."
Namun, perjalanan ini tidak tanpa hambatan. Holywings terlibat dalam kontroversi pada tahun 2022 setelah promosi yang menawarkan minuman gratis untuk pelanggan bernama Mohammed atau Maria. Tempat-tempatnya ditutup dan beberapa staf menghadapi tuduhan penistaan agama.
"Kami telah belajar dari pengalaman itu," kata Tanjaya, seraya menambahkan bahwa insiden tersebut adalah sebagian alasan mengapa Holywings sejak itu mendiversifikasi pendiriannya dan mencari pertumbuhan di luar negeri.
Hal ini terjadi seiring dengan kembalinya pariwisata ke tingkat pra-pandemi di seluruh Asia.
Holywings berencana membuka klub Atlas di Bangkok sebelum festival Songkran yang populer pada bulan April, yang biasanya menarik lebih dari satu juta wisatawan asing.
Klubnya di Bali rata-rata menerima sekitar 60.000 pelanggan setiap bulan; jumlah tersebut dapat mencapai 10.000 dalam satu hari selama liburan.
Di dalam negeri, Holywings mengandalkan populasi muda Indonesia yang terus bertambah dan tren gaya hidup sehat, dengan merintis klub malam eksklusif untuk Gen Z di Jakarta dan mengembangkan kompleks spa dan kebugaran yang luas di Bali.
“Ada banyak konsep yang kami rencanakan,” kata Tanjaya. "Ketika Anda bekerja di bidang gaya hidup, Anda harus bergerak cepat agar bisa memberitahu pasar, ini adalah hal besar berikutnya."
(bbn)