Terjadi keterbelahan ekspektasi, suara pasar tidak bulat, tidak aklamasi, ada dissenting opinion.
Dari 41 Analis/ Ekonom tersebut, terdapat 11 yang bersuara BI bisa kembali memangkas suku bunga acuan 25 basis poin (bps) BI Rate menjadi 5,75%.
Suara 11 analis tidak bisa dianggap remeh. Dengan kata lain, ada 26% suara yang memperkirakan BI Rate bisa turun. Lebih dari seperempat.
“Gubernur BI adalah seorang pragmatis yang cenderung bertindak mendahului pasar (ahead of the curve). Rekam jejaknya menunjukkan bahwa ia bisa bertindak berdasarkan data dan bertindak tegas yang mengejutkan pasar,” terang Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro.
Namun bagaimanapun, suara mayoritas tetap memperkirakan BI Rate akan bertahan di 6%. Salah satu yang memperkirakan demikian adalah Lionel Priyadi dari Mega Capital Securities.
“Kami rasa BI akan mempertahankan suku bunga di 6% untuk menghindari arus modal keluar lebih lanjut,” sebut Lionel dalam risetnya.
,Lionel melanjutkan, BI membutuhkan arus modal asing untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah. Tanpa sokongan arus modal asing, maka Cadangan Devisa akan kian tergerus.
“Kami memperkirakan Cadangan Devisa bisa turun ‘lagi’ pada Oktober, karena upaya menjaga Rupiah stabil di kisaran Rp 15.300 – Rp15.700/US$,” jelas Lionel.
Pada September, Cadangan Devisa tercatat US$ 149,3 miliar. Turun US$ 0,3 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
“Perkembangan Cadangan Devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah,” ungkap keterangan tertulis BI sebelumnya.
Sentimen The Fed
Sementara penguatan mata uang Asia pagi ini karena sinyal agak dovish terbaru dari The Fed.
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan dia memperkirakan Ekonomi AS akan melambat tahun ini tetapi tetap kuat, sambil menambahkan bahwa jalur perlambatan inflasi mungkin mengalami beberapa hambatan.
Bostic memproyeksikan pertumbuhan PDB ada di kisaran 2% pada 2025 karena rumah tangga membelanjakan uang tabungan mereka. Pertumbuhan berada di jalur yang tepat sekitar 2,6% tahun ini.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Gubernur Fed Atlanta memprediksi suku bunga acuan The Fed akan turun menjadi sekitar 3% hingga 3,5% dalam jangka panjang.
Adapun data tenaga kerja yang solid dan angka inflasi yang lebih kuat dari perkiraan untuk September telah mendorong beberapa pembuat kebijakan mengatakan Bank Sentral AS harus bergerak dengan kecepatan yang lebih tinggi untuk penurunan suku bunga di masa depan.
Secara teknikal Rupiah memiliki resistance potensial pada level Rp15.530/US$ terdekat siang ini. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp15.500/US$ juga sebagai resistance psikologis Rupiah.
(fad)