Logo Bloomberg Technoz

Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 41 Analis/ Ekonom hingga pagi ini menghasilkan median proyeksi BI Rate di 6%. Artinya, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega masih akan mempertahankan suku bunga acuan, tidak naik atau turun.

Namun suara pasar tidak bulat, tidak aklamasi, ada dissenting opinion. Dari 38 Analis/ Ekonom, terdapat 11 yang bersuara BI bisa kembali memangkas suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.

Suara 11 analis tidak bisa dianggap remeh. Dengan kata lain, ada 26% suara yang memperkirakan BI Rate bisa turun. Lebih dari seperempat.

Namun bagaimanapun, suara mayoritas tetap memperkirakan BI Rate bertahan di 6%. Salah satu yang memperkirakan demikian adalah Lionel Priyadi dari Mega Capital Securities. Untuk menghindari arus modal keluar lebih lanjut, dalam risetnya.

Kemudian, dirilis juga laporan realisasi investasi RI pada Kuartal III-2024. 

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi langsung tercatat Rp431,5 triliun pada Kuartal III-2024. Pencapaian tersebut melesat 15,3% secara tahunan, dengan pertumbuhan 0,72% dibanding kuartal sebelumnya.

Adapun total capaian realisasi investasi sejak Januari hingga September tahun ini mencapai Rp1.261,4 triliun, mencerminkan kenaikan 19,78% secara tahunan.

Menteri Investasi, Rosan Roeslani Perkasa mengatakan, angka tersebut merepresentasikan 76,45% dari target Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ada di Rp1.650 hingga tutup tahun ini.

Data ekonomi penting lainnya, pada Rabu, Badan Pusat Statistik memaparkan data perdagangan internasional Indonesia periode September 2024. Seperti dugaan, ekspor berhasil tumbuh positif dalam tren tahunan.

Pada Selasa, BPS menuturkan, nilai ekspor Indonesia pada September tercatat US$22,08 miliar, alami kenaikan 6,44% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). 

Yang jadi catatan, dibandingkan Agustus (month-to-month/mtm), ekspor RI di September melambat 5,8% mtm. Sementara konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan ekspor Indonesia tumbuh 8% yoy.

Adapun impor Indonesia tumbuh lebih tinggi pada September. BPS mengumumkan nilai impor bulan lalu adalah US$ 18,82 miliar. Mencapai kenaikan 8,55% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sedangkan impor September juga melambat 8,91% dibandingkan Agustus (month-to-month/mtm). Adapun konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi pertumbuhan impor September sebesar 11,8% yoy.

Sumber: BPS

Dengan demikian, Neraca Perdagangan Indonesia mengalami surplus US$3,26 miliar pada September. Jauh lebih tinggi ketimbang perkiraan pasar sebelumnya yaitu US$2,8 miliar di median konsensus Bloomberg.

Neraca Perdagangan telah membukukan surplus selama 53 bulan beruntun.  Akan tetapi ini bukan rekor terpanjang. Surplus terpanjang bagi RI pernah terjadi hingga 152 bulan berturut-turut pada Juni 1995–April 2008.

Sentimen Regional

Dari regional, seperti yang diwartakan Bloomberg News, investor juga mencermati Bursa Saham China setelah Menteri Perumahan mengumumkan jumpa pers pada Kamis yang diharapkan memberikan rincian lebih lanjut tentang langkah-langkah dukungan untuk pasar properti.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, China juga melaporkan surplus Neraca Perdagangan yang menipis menjadi US$81,7 miliar di September, terendah sejak bulan April, dari US$91,02 miliar di Agustus dan lebih rendah dari ramalan pasar bahwa surplus Neraca Perdagangan akan mencapai US$89,8 miliar.

“Lebih lanjut, Ekspor tumbuh 2,4% yoy, laju paling lambat dalam lima bulan, lebih rendah dari estimasi pasar 6% dan menurun dari pertumbuhan 8,7% yoy di bulan Agustus,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Impor juga tumbuh melambat menjadi 0,3% yoy  dari 0.5% yoy di Agustus dan lebih rendah dari konsensus pasar yang naik 0,9% yoy akibat rapuhnya permintaan dalam negeri.

Prediksi Analis Pasar Saham

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, terkait kebijakan moneter, pasar di Indonesia mengantisipasi hasil RDG BI (16/10). Pasar memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 6% pada pertemuan RDG BI tersebut.

“IHSG kembali bergerak sesuai perkiraan dengan uji 7.600 di Selasa (15/10) kemarin. Sejalan dengan penguatan tersebut, penyempitan negative slope MACD berlanjut,” mengutip riset Phintraco.

Dalam risetnya, “Secara teknikal, IHSG berpeluang lanjutkan penguatan ke kisaran 7.650 di Rabu (16/10).”

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi ADMR, SRTG, INDF, JPFA, dan HRUM.

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, IHSG mulai menguji resistance MA-20 sesuai antisipasi sebelumnya.

“Trend masih Bullish dan masih berpotensi melanjutkan penguatan ke resisten berikutnya di 7.810 dan 7.910,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Rabu (16/10/2024).

BRI Danareksa juga memberikan catatan, waspadai penurunan lebih dalam jika IHSG Kembali turun di bawah support 7.454.

Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, ADMR, BUKA, ESSA, dan SILO.

(fad)

No more pages