Logo Bloomberg Technoz

"Gubernur BI adalah seorang pragmatis yang cenderung bertindak mendahului pasar (ahead of the curve). Rekam jejaknya menunjukkan bahwa ia bisa bertindak berdasarkan data dan bertindak tegas yang mengejutkan pasar," kata Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro.

Namun bagaimanapun, suara mayoritas tetap memperkirakan BI Rate bertahan di 6%. Salah satu yang memperkirakan demikian adalah Lionel Priyadi dari Mega Capital Securities.

“Kami rasa BI akan mempertahankan suku bunga di 6% untuk menghindari arus modal keluar lebih lanjut,” sebut Lionel dalam risetnya.

Pekan lalu, BI mencatat investor asing masih membukukan jual bersih (net sell) R 2,84 triliun. Terdiri dari Rp 4,47 triliun di pasar saham dan Rp 2,73 triliun di Sekuritas Rupiah BI (SRBI). Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih terjadi beli bersih (net buy) Rp 4,37 triliun.

BI, lanjut Lionel, membutuhkan arus modal asing untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Tanpa sokongan arus modal asing, maka cadangan devisa akan kian tergerus.

“Kami memperkirakan cadangan devisa bisa turun lagi pada Oktober, karena upaya menjaga rupiah stabil di kisaran Rp 15.300-15.700/US$,” tulis Lionel.

Per akhir September, cadangan devisa tercatat US$ 149,3 miliar. Turun US$ 0,3 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.

November Bisa Turun?

Namun pada November, bukan tidak mungkin BI Rate bisa turun. Sebab saat itu, bank sentral Amerika Serikat (AS) sudah memutuskan suku bunga acuan. Rapat The Fed akan berlangsung pada 7 November waktu Washington DC.

Mengutip CME FedWatch, peluang Federal Funds Rate turun 25 bps menjadi 4,5-4,75% pada November adalah 88,8%.

Oleh karena itu, ada kemungkinan RDG BI pada 19-20 November sudah bisa menurunkan suku bunga acuan. Sebab, The Fed berpeluang besar melakukan hal itu sehingga BI bisa mengikuti.

“Kami memperkirakan bahwa BI tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan penurunan suku bunga. Kami memperkirakan BI akan mulai menurunkan BI Rate setelah the Fed secara definitif menurunkan Federal Funds Rate,” kata Josua Pardede, Ekonom Bank Permata.

(aji)

No more pages