Logo Bloomberg Technoz

Ekspor Lesu Bebani Rupiah, Impor Lesu Cermin Daya Beli Melemah

Ruisa Khoiriyah
15 October 2024 15:50

Ekspor minyak sawit semakin anjlok (Bloomberg/Muhammad Fadli)
Ekspor minyak sawit semakin anjlok (Bloomberg/Muhammad Fadli)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kinerja neraca dagang pada September yang memperlihatkan kelesuan ekspor dan impor, memicu potensi terjadinya defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2024 yang semakin melebar. Defisit transaksi yang kian lebar mengindikasikan dukungan untuk nilai rupiah yang kuat dari fundamental ekonomi kurang mantap.

Ekspor yang lesu sulit dilepaskan dari kondisi permintaan pasar global yang masih belum bangkit, terindikasi dari kontraksi penjualan barang ke banyak negara mitra dagang utama, terutama untuk komoditas minyak sawit, bijih tembaga, juga batu bara.

Di sisi lain, penurunan impor bahan baku/penolong serta barang modal yang kian dalam, menyiratkan tekanan akan industri domestik masih berlanjut sehingga mengikis kebutuhan impor dunia usaha. Pada saat yang sama, impor barang konsumsi juga menurun, memberi sinyal permintaan atau daya beli domestik memang tengah lesu darah.

Dalam laporannya siang hari ini, Badan Pusat Statistik mencatat, ekspor Indonesia pada September turun 5,8% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom) menjadi sebesar US$22,08 miliar. Secara tahunan ekspor RI melambat dengan pertumbuhan hanya 6,44% dibanding Agustus yang tumbuh 7,13%. Pertumbuhan ekspor Agustus direvisi jadi 6,56% sehingga pada dasarnya kinerja ekspor bulan lalu stagnan dengan perlambatan lebih kecil.

Alhasil selama Januari-September tahun ini, kinerja ekspor Indonesia cuma naik 0,32% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ekspor pada September terutama karena turunnya kinerja ekspor migas maupun nonmigas, terutama untuk produk industri pengolahan seperti CPO, pertambangan seperti  bijih tembaga serta batubara.

Sumber: BPS