Bagaimanapun, dia tidak menjelaskan berapa volume konsentrat tembaga yang biasa diekspor RI ke Negeri Matador.
Indonesia memiliki target untuk benar-benar menutup rapat ekspor konsentrat tembaga pada Desember 2024, setelah memastikan smelter katoda tembaga milik Freeport dan Amman Minerals beroperasi penuh.
Freeport sebelumnya mengonfirmasi pemerintah telah menyetujui perseroan untuk bisa tetap melakukan ekspor konsentrat tembaga sekitar 840.000 wet metric ton (WMT) pada periode Juli—Desember 2024.
EVP External Affairs PTFI Agung Laksamana mengatakan konsentrat tembaga yang sempat tidak diekspor pada Juni 2024, imbas keterlambatan izin, disimpan di gudang konsentrat di Pelabuhan Amamapare.
“Sehingga [ekspor yang tertunda pada Juni] tidak berdampak pada produksi,” ujar Agung kepada Bloomberg Technoz, awal Juli.
Dengan demikian, Freeport tetap bisa kembali melakukan ekspor konsentrat tembaga hingga Desember 2024 sembari menunggu smelter katoda tembaga di Manyar beroperasi dengan kapasitas penuh.
Freeport baru menerima izin ekspor hingga Desember 2024 pada Selasa (2/7/2024), walaupun pemerintah telah menerbitkan sejumlah dasar hukum untuk relaksasi ekspor pada akhir Mei 2024.
Kemungkinan Relaksasi Lagi
Kabar terbaru, Presiden Direktur Freeport Tony Wenas menyebut kemungkinan besar smelter katoda tembaga di Manyar baru bisa beroperasi penuh pada Januari 2025, sedikit meleset dari tenggat Desember 2024.
Merespons hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengonfirmasi pemerintah kemungkinan bakal membuka peluang untuk kembali memberikan relaksasi ekspor konsentrat tembaga usai Desember 2024 kepada PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara.
Bahlil mengatakan larangan ekspor konsentrat bakal kembali diundur 1—2 bulan dari tenggat yang ditargetkan sebelumnya, yaitu pada Desember 2024.
Hal ini dilakukan karena pabrik pemurnian atau smelter katoda tembaga yang dibangun oleh kedua perseroan belum dapat berproduksi 100% akhir tahun ini. Walhasil, keran ekspor konsentrat tembaga bakal diberikan sebesar volume yang belum mampu diserap oleh smelter.
“Freeport peak-nya diagendakan Desember. Kalau katakanlah pabriknya belum bisa cover 100% karena ada hal yang bisa dipertanggungjawabkan, kita mungkin ulur [larangan ekspor konsentrat tembaga], tetapi paling tidak 1—2 bulan. Kemungkinan ke AMNT juga,” ujar Bahlil saat ditemui di Taman Mini Indonesia Indah, Minggu (13/10/2024).
Bahlil memastikan pemerintah tengah menghitung jumlah volume konsentrat tembaga yang diizinkan untuk diekspor usai Desember 2024, tetapi belum ada keputusan ihwal hal tersebut.
“Itu kan ekspornya bukan totalnya, antara produksi dengan kapasitas tampung di industri [smelter] mereka, selisihnya itu yang diekspor. Namun, lagi dihitung, belum ada sampai ke sana, kita lagi hitung,” ujarnya.
Menurut Bahlil, keran ekspor konsentrat tembaga yang kembali dibuka usai Desember 2024 juga dilakukan karena PTFI dan AMNT telah menggelontorkan dana investasi yang besar untuk pembangunan smelter.
Sekadar catatan, Freeport menggelontorkan investasi sebesar Rp56 triliun untuk smelter yang mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga dan AMNT sebesar Rp21 triliun untuk smelter dengan kapasitas input 900.000 ton.
(wdh)