“Selama tujuh bulan, reli harga Bitcoin seringkali terbatas pada resistance di atas, khususnya pada level US$65.000 – US$66.000, lalu kembali di bawah turun ke bawah US$60.000,” mengutip riset yang diterbitkan pada Selasa (15/10/2024).
Saat ini, jika Bitcoin berhasil bertahan di atas support potensial US$64.000, sejatinya Bitcoin berpotensi melanjutkan tren kenaikan menuju US$68.000 mencapai target potensial selanjutnya US$68.500.
“Sementara, jika turun di bawah support, maka Bitcoin potensi akan re-test terlebih dahulu ke resistance trendline di sekitar MA-20 di level US$63.000,” jelas Ajaib Kripto dalam riset tersebut.
Berdasarkan data CoinMarketcap, Selasa (15/10/2024) siang hari ini, Bitcoin bergerak pada level US$65.551 (Rp1,19 miliar) menguat mencapai 3,14% dalam 24 jam, juga melesat 5,81% dalam dalam sepekan perdagangan.
Sejumlah aset kripto lainnya juga kompak menghijau hingga melesat di zona hijau. Adapun kenaikan tertinggi terjadi pada Dogecoin milik Elon Musk dengan kenaikan 4,98% dalam 24 jam, dan terbang 7,95% dalam sepekan perdagangan menuju harga US$0,117.
Ethereum ada di posisi selanjutnya pada deretan Aset Kripto yang melesat tinggi harganya, adapun penguatannya mencapai 3,51%, dan secara sepekan terbang 8,18% pada harga US$2.612,95.
Menyusul Solana dengan trend bullish 3,48% dalam 24 jam, dan menguat 9,11% dalam sepekan perdagangan di harga US$155,98.
Sentimen Pasar Aset Kripto
Kenaikan Bitcoin dalam seminggu perdagangan didorong oleh beberapa faktor, termasuk data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk September yang menguat 2,4% yoy, sedikit lebih tinggi dari proyeksi 2,3% yoy, tetapi masih di bawah periode Agustus yang mencapai 2,5% yoy.
Dengan itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed tetap kuat, sehingga sentimen terhadap aset berisiko seperti Bitcoin tetap positif.
Perdagangan ETF Bitcoin Spot juga berhasil mencatatkan arus dana masuk US$308 juta pekan lalu. Hal ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap Bitcoin, masih sangat positif, bahkan mampu menutupi aliran negatif yang terjadi pada pekan pertama Oktober–arus keluar modal sebesar US$300 juta.
Salah satu narasi yang mendukung kenaikan harga Bitcoin baru-baru ini juga datang dari sentimen meningkatnya peluang Donald Trump dalam Pemilu AS, yang terlihat melalui peningkatan popularitas peluang kemenangan di Polymarket mencapai 55%.
“Hal ini mengingatkan kembali pada situasi serupa di bulan Juli ketika harga Bitcoin sempat menyentuh US$70.000,” terang Panji.
Pekan ini, ada empat peristiwa penting ekonomi AS yang dapat mempengaruhi kripto. Laporan Klaim Pengangguran akan menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja AS, sementara data penjualan ritel, akan memberikan gambaran tentang kekuatan pengeluaran Konsumen.
Selain itu, data produksi industri dan laporan pendapatan perusahaan besar juga akan mencerminkan kesehatan ekonomi Paman Sam, negara dengan perekonomian terbesar di dunia. “Jika data ini menunjukkan ekonomi yang kuat, pasar kripto bisa merespons positif, dan melanjutkan kenaikan.”
Selain itu, meredanya ketegangan di Timur Tengah dengan sinyal terbaru Israel tidak akan menyerang fasilitas minyak Iran, telah membuat harga minyak dunia kembali stabil.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Pemerintahan Biden bahwa ia bersedia melakukan serangan militer, yang bukan fasilitas minyak atau nuklir Iran, Washington Post melaporkan, mengutip dua pejabat mengetahui hal tersebut.
“Biasanya, Oktober ditutup dengan kenaikan, meski tidak jarang bulan ini dimulai dengan koreksi. Di tahun 2023, Bitcoin sempat turun 7% di paruh pertama Oktober sebelum reli sebesar 30%. Momentum historis ini juga menjadi salah satu katalis penting yang bisa mendukung pergerakan bullish Bitcoin di sisa bulan ini,” tutup Panji.
(fad/wep)