Gencatan senjata bertujuan untuk “mewujudkan koridor kemanusiaan, membuat warga sipil untuk mengakses kebutuhan dasar, kesehatan, dan wilayah aman, juga mengevakuasi misi diplomatik
“Kami bersumpah kepada komitmen kami untuk menegakkan gencatan senjata dan waspada terhadap pelanggaran yang dilakukan pihak lain,” sebut pernyataan RSF.
Namun, para pemimpin angkatan bersenjata Sudan dan RSF sejauh ini menolak upaya diplomasi untuk mengajak mereka ke meja perundingan. Meski ada ajakan kepada pemimpin angkatan bersenjata Abdel Fattah al-Burhan dan pimpinan RSF Mohamed Hamdan Dagalo untuk mengakhiri konflik, tetapi keduanya seperti belum siap, menurut 2 orang diplomat yang mendapat informasi tentang hal tersebut.
Pemerintahan berbagai negara kini berpaling kepada Uni Afrika dan blok regional Intergovernmental Authority on Development untuk memimpin mediasi.
Gencatan senjata diumumkan setelah militer AS dan Inggris mengevakuasi staf kedutaan besar dari ibu kota Khartoum. Pemerintah berbagai negara juga membantu mengeluarkan warga dan diplomat.
Dalam jumpa pers kemarin, Blinken menyatakan AS “sangat terlibat” dan berupaya mengakhiri konflik. Blinken bilang sudah berbicara langsung dengan Burhan dan Dagalo, bersama dengan perwakilan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Inggris.
“Kami mendukung para pemimpin Afrika untuk membantu menengahi krisis dan mengakhiri kekerasan,” tegas Blinken.
Konflik ini adalah puncak dari perebutan kekuasaan antara militer dan RSF setelah kudeta pada 2021.
(bbn)