Logo Bloomberg Technoz

Smelter kedua PTFI ini merupakan smelter katoda tembaga dengan desain single line terbesar di dunia dan dirancang untuk mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi hingga 1,7 juta ton setelah beroperasi penuh.

Fasilitas ini dilengkapi unit refinery, unit pemurnian logam mulia, unit oksigen, unit asam sulfat, dan unit desalinasi serta unit effluent and wastewater treatment plant untuk mendukung pemanfaatan maksimal bahan baku, produk samping maupun limbah agar dapat mencapai high efficiency smelting and refining process.

Adapun, kebakaran smelter Freeport di Manyar hanya berselang sekitar tiga pekan sejak Presiden Joko Widodo meresmikan operasional pabrik katoda tembaga tersebut pada Senin (23/9/2024).

Presiden Jokowi meresmikan produksi Smelter PT. Freeport Indonesia di Gresik, Senin (23/9/2024). (Tangkapan Layar Youtube Setpres)

Riwayat Negosiasi Alot

Saat hari peresmian itu, Jokowi sempat ‘curhat’ tentang bagaimana alotnya negosiasi pemerintah dengan Freeport untuk merealisasikan smelter katoda tembaga senilai hampir Rp60 triliun tersebut.

Bahkan, menurut Jokowi, salah satu pekerjaan yang berat dan melelahkan selama menjabat sebagai presiden dalam 10 tahun terakhir adalah mengajak perusahaan pertambangan itu untuk membangun pabrik pemurnian atau smelter di Indonesia.

Dia mengatakan negosiasi dengan Freeport-McMoRan Inc (FCX), induk PTFI, untuk pembangunan smelter sempat berjalan alot. Hal ini terjadi karena perseroan harus menggelontorkan investasi yang tidak kecil untuk mewujudkan pembangunan smelter katoda tembaga single line terbesar di dunia.

“Sampai pada 2017, kita bernegosiasi, saya dengan Pak Richard [Adkerson Chairman FCX], untuk sepakat membangun smelter di Gresik ini. Ini pun masih alot sekali negosiasinya karena saya tahu memang ini investasi tidak kecil,” ujar Jokowi.

Jokowi tidak menampik investasi senilai Rp56 triliun bukan hal yang kecil, sehingga perusahaan memang harus membuat kalkulasi dan menghitung keuntungan di balik pembangunan smelter tersebut.

Namun, pada 2018, PTFI akhirnya mulai melakukan persiapan lahan dari smelter katoda tembaga tersebut. Kepala Negara juga turut hadir untuk melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking. “Setelah 30 bulan, alhamdulillah hari ini bisa kita resmikan,” ujarnya.

Selain itu, Jokowi memproyeksikan penerimaan negara berpotensi mencapai Rp80 triliun setelah smelter tersebut beroperasi.

“Investasi Rp56 triliun, hitung-hitungan saya penerimaan negara masuk kira-kira Rp80 triliun dari PTFI, baik berupa dividen, royalti, pajak penghasilan [PPh] badan, PPh karyawan, pajak untuk daerah, bea keluar, pajak ekspor,” ujarnya. 

Peresmian smelter PT Freeport di Gresik, Jawa Timur. (Dok. Kementerian BUMN)

Sempat Mau Digeser

Dalam sebuah kesempatan terpisah akhir Juni, Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia—yang sekarang telah menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) — juga bercerita tentang jalan terjal investasi smelter Manyar.

Menurut versi Bahlil, pembangunan smelter di Manyar bermula saat proses perpanjangan Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI pada 2018.

Sebelum ditetapkan di Manyar, kata Bahlil, pembangunan smelter sempat akan bergeser ke areal Weda Bay, Maluku Utara. Selain itu, pembangunan smelter di Manyar juga mengundang protes dari masyarakat Papua.

“Papua juga minta, kenapa copper dari Papua, dibangun di Jawa Timur?” ujar Bahlil dalam agenda Peresmian Operasi Smelter Manyar, Kamis (27/6/2024).

Akhirnya, pembangunan smelter diputuskan di Manyar pada 2021. Namun, saat itu pembangunan juga sempat tertunda karena adanya Pandemi Covid-19. “Lalu hari ini, sama-sama kita bisa menyaksikan dengan proses commissioning operasi,” ujarnya.

Peresmikan produksi Smelter PT. Freeport Indonesia di Gresik, Senin (23/9/2024). (Tangkapan Layar Youtube Setpres)

Rencana Produksi

Freeport sendiri melaporkan nilai investasi dari pabrik pemurnian atau smelter katoda tembaga terbaru di Manyar, Gresik, Jawa Timur tersebut mencapai US$3,7 miliar.

Direktur Freeport Tony Wenas mengatakan smelter tersebut, dalam kapasitas penuh, bakal memiliki kemampuan untuk mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga yang bakal menghasilkan 600—700 ton katoda tembaga.

Tony memproyeksikan smelter Manyar bakal mulai melakukan produksi katoda tembaga pada Agustus 2024. Namun, belakangan, dia menyebut smelter tersebut baru bisa beroperasi 100% pada Januari 2025, sedikit meleset dari tenggat Desember 2024.

“Mulai operasi ini perlu waktu sekitar 6—10 minggu untuk memanaskan semuanya, terutama furnace. Setelah itu baru akan dimasukkan konsentratnya, diolah, dibentuk anode casting, copper anode, kemudian dibawa ke electro refinery,” ujar Tony, akhir Juni.

Lalu, proses di electro refinery bakal memerlukan waktu sekitar 3 pekan. Dengan demikian, produksi katoda tembaga pertama terjadi pada sekitar pertengahan Agustus atau paling lambat September.

Produksi pada periode tersebut dilakukan dengan kapasitas sebesar 50% atau sekitar 850.000 ton konsentrat tembaga per tahun yang bakal di-input ke smelter tersebut.

Namun, Tony memastikan kapasitas input konsentrat tembaga bakal meningkat setiap bulan sekitar 10% hingga 15%. Dengan demikian, kapasitas input konsentrat tembaga ke smelter tersebut bakal mencapai 100% pada Desember yakni sebesar 1,7 juta ton.

“Pada saat yang bersamaan akan selesai pembangunan precious metal refinery yang akan memurnikan lumpur anoda menjadi emas batangan, perak batangan dan beberapa mineral lainnya. Jumlah emasnya kira-kira 50 sampai 60 ton dan perak sekitar 220 ton per tahun,” ujarnya. 

Peresmikan produksi Smelter PT. Freeport Indonesia di Gresik, Senin (23/9/2024). (Tangkapan Layar Youtube Setpres)

Keluhan Offtaker

Terbaru, pada pekan lalu, Tony kembali menjelaskan separuh dari hasil produksi smelter milik Freeport di PT Smelting diekspor dan sebanyak 200.000 ton yang terserap dalam negeri.

Permasalahannya, calon pembeli atau offtaker dalam negeri untuk katoda tembaga—yang dihasilkan oleh smelter baru di Manyar, Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp56 triliun — baru sebanyak 50.000 ton hingga 100.000 ton dari pabrik copper foil di KEK JIIPE, tetapi belum ada komitmen.

“Berapa banyak offtaker sudah diterima? Kalau pembelinya ada saja, tetapi kalau dalam negerinya masih 'omon-omon'. Jadi intinya, industri yang lebih hilirnya mana? Ini sudah 5 tahun membangun, dari awal kita membangun sudah dikumandangkan hal ini, [investasi] Rp56 triliun,” ujar Tony Wenas dalam agenda BNI Investor Daily Summit 2024, Selasa (8/10/2024).

Tony menggarisbawahi persoalan yang dihadapi di Indonesia adalah konsumsi katoda tembaga yang kecil. Hal ini terjadi karena beberapa barang yang mengandung katoda tembaga justru masih diimpor dalam keadaan utuh.

Dia pun memberikan gambaran ducting dari AC masih diimpor dalam keadaan utuh, padahal memiliki kadar tembaga yang tinggi.

“Lalu ada beberapa cabling lainnya ya, contoh dalam satu unit electronic processor unit dari mobil, itu banyak kabelnya, tetapi mesti diimpor. Kalau itu diproduksi dalam negeri tentunya konsumsi katoda tembaga akan meningkat,” ujarnya.

Selain itu, katoda tembaga sebesar 10% juga dibutuhkan pada baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Dengan demikian, bila industri baterai EV di Indonesia bisa tumbuh dengan pesat, konsumsi katoda tembaga akan tinggi.

“Kalau seandainya PLN jadi membangun 47.000 kilometer jalur transmisi baru, dan menggunakan katoda tembaga dari dalam negeri, ini akan sangat pas untuk jalur transmisinya,” ujarnya.

Merespons hal tersebut, Bahlil berkeras bahwa pembeli atau offtaker katoda tembaga dari hasil smelter milik Freeport merupakan urusan antarbisnis atau business to business (B2B), dan bukan menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memastikan serapan pasarnya.

“Itu kan urusan B2B, urusan bisnis, masak kita jadi marketingnya mereka? Loh gimana sih?" ujar Bahlil saat ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (9/10/2024).

Pemerintah padahal sebelumnya pernah berjanji memberikan serapan pasar bagi katoda tembaga buatan Freeport melalui pengembangan industri hilir yang membutuhkan komponen katoda.

Presiden Joko Widodo mengatakan smelter terbaru milik PTFI di Manyar, Gresik, Jawa Timur, bisa menciptakan industri turunan tembaga baru di sekitarnya.

“Sudah ada yang mulai untuk produksi copper foil, saya kita nanti diikuti pabrik kabel untuk masuk ke negara kita. Termasuk selenium yang dihasilkan smelter tembaga ini, sehingga bisa diproduksi semikonduktor,” ujar Jokowi saat meresmikan operasional smelter tersebut, akhir September.

Selain itu, dalam peresmian pabrik foil tembaga milik PT Hailiang Nova Material Indonesia, Jokowi mengatakan industri tersebut bisa menyerap hasil dari smelter PTFI.

“Saya sangat menghargai pembangunan industri pabrik foil tembaga yang dikerjakan oleh PT Hailiang Group dari China. Artinya, hasil dari PTFI [PT Freeport Indonesia] yang ada di lingkungan ini juga akan bisa diserap sehingga akan jadi barang jadi atau setengah jadi yang nantinya akan kita gunakan untuk baterai litium atau baterai mobil listrik maupun mobil listriknya itu sendiri,” ujar Jokowi.

Tumpukan keping katoda kobalt./Bloomberg- Jasper Juinen

Isu Serapan Pekerja

Belum selesai masalah serapan pasar dan isu kebakaran yang baru saja menimpa smelter Manyar, Freeport juga terindikasi dihadapkan pada masalah serapan tenaga kerja di sekitar wilayah smelter di Gresik. 

Terkait dengan isu tersebut, warga Pulau Mengare, Gresik, Jawa Timur bakal melakukan aksi demonstrasi damai di wilayah pelabuhan KEK Jiipe pada hari ini, Selasa (15/10/2024). 

Dalam surat pemberitahuan kepada Kepolisian Sektor Bungah, demonstrasi tersebut dilakukan dengan tuntutan minimnya lowongan pekerjaan, secara khusus di PT Freeport Indonesia (PTFI) dan secara umum di KEK JIIPE. 

Adapun, sekitar 1.000 warga bakal melakukan aksi demonstrasi pada pukul 08.00–17.00 WIB dengan membawa alat peraga berupa bendera, poster dan spanduk. 

“Sehubungan dengan banyaknya tuntutan masyarakat Mengare minimnya lowongan pekerjaan di PT Freeport Indonesia, khususnya, dan PT di kawasan JIIPE umumnya, maka kami akan melakukan aksi demonstrasi damai,” bunyi surat tersebut, dikutip Senin (14/10/2024). 

Dalam sebuah kesempatan, padahal, Tony mengatakan bahwa smelter katoda tembaga baru di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur ini mampu menyerap hingga 2.000 tenaga kerja saat beroperasi penuh. 

“Selama beroperasi nantinya pada saat operasi penuh ini akan mempekerjakan 2.000 orang, 1.200 karyawan kontraktor dan 800 karyawan langsung PTFI,” ujar Tony.

Saat itu, Tony juga mengatakan selama masa konstruksi smelter telah mempekerjakan 40.000 tenaga kerja secara kumulatif.

(red/wdh)

No more pages