Dibandingkan September tahun lalu (year-on-year/yoy), laju inflasi Negeri Paman Sam berada di 2.4%. Lagi-lagi lebih tinggi dari ekspektasi pasar dengan perkiraan 2,3% yoy.
Sementara laju inflasi inti (core) pada September berada di 0,3% mtm. Juga lebih tinggi dari perkiraan pasar yakni 0,2% mtm.
Secara tahunan, inflasi inti September ada di 3,3% yoy. Di atas perkiraan pasar yaitu 3,2% yoy.
“Dengan inflasi yang di atas perkiraan, mungkin kita akan melihat The Fed (Federal Reserve, bank sentral AS) yang dovish,” ujar Bart Melek, Global Head of Commodity Strategy di TD Securities, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Inflasi yang masih ‘panas’ itu akan mempengaruhi arah suku bunga acuan. Jika inflasi masih tinggi, maka The Fed akan ragu untuk bertindak agresif dalam melonggarkan kebijakan moneter.
Berdasarkan CME FedWatch, peluang penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5-4,75% pada November adalah 86.8%. Lebih rendah ketimbang kemarin yang mencapai 89,5%.
Sementara kemungkinan Federal Funds Rate bertahan di 4,75-5% mencapai 13,2%. Naik dibandingkan kemarin yaitu 10,5%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi kurang menguntungkan saat suku bunga masih tinggi.
(aji)