Dia menjelaskan, ketika K/L berganti satu nomenklatur, maka kop surat juga harus berganti, karena itu menjadi bentuk keabsahan birokrasi.
"Bayangkan kalau ini dipecah nomenklaturnya sebanyak ini, berapa beban biaya yang akan ditanggung?" tanya Ferry.
Selain itu, dia mengatakan pemecahan jumlah nomenklatur cenderung akan memperumit birokrasi baru. "Kalau dulu semua kendali ada di satu menteri, nanti wilayahnya akan terbagi-bagi menjadi sangat banyak," papar dia.
Dia menambahkan, belum lagi K/L baru harus mengganti papan nama di depan kementerian baru pusat hingga ke daerah-daerah. Selain itu, harus mengganti atau membuat baju seragam baru disertai emblem logo baru.
"Banyak tender baru lah yang pasti, saya tidak tahu siapa yang memberikan nasihat, dan siapa yang akan bahagia dengan banyaknya tender-tender baru ini," ungkap Ferry.
Menurut dia, sistem kepemimpinan presidensial seharusnya menggagas konsep pemerintahan yang efektif. Hal ini tidak tergambar dalam pemerintahan baru yang mengusung jumlah K/L sangat banyak.
Sebelumnya, Presiden Terpilih Prabowo Subianto pernah mengklaim pembentukan kabinet gemuk didasari sejumlah alasan, salah satunya negara Indonesia yang luas dan memiliki banyak kelompok.
"Saya ingin membentuk pemerintahan persatuan nasional yang kuat, terpaksa koalisi besar. Nanti akan dibilang kabinet Prabowo kabinet gemuk, ya negara kita besar bung," kata Prabowo saat memberikan sambutan di penutupan BNI Investor Daily Summit di JCC, Rabu (9/10/2024).
(lav)