Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel mengatakan bahwa mereka memantau aktivitas Korut dan siap untuk melawan setiap provokasi. Mereka menolak untuk mengonfirmasi tuduhan Korut tersebut.
"Penyebab dari semua situasi ini berasal dari balon sampah Korut. Kami sangat memperingatkan Korut untuk menghentikan pengiriman balon sampah yang kotor dan vulgar," kata JCS dalam pernyataannya.
Korut telah mengirimkan ribuan balon berisi sampah melintasi perbatasan sejak akhir Mei lalu sebagai bentuk kemarahan atas latihan militer gabungan Korsel dengan Amerika Serikat (AS) dan aksi-aksi lainnya di perbatasan, yang sejak lama disebut Pyongyang sebagai ancaman terhadap kedaulatannya.
Balon-balon tersebut telah menganggu Seoul dan daerah sekitarnya. Beberapa di antaranya bahkan menyebabkan kebakaran.
Namun, Korsel telah menahan diri dengan tidak menembak jatuh balon-balon tersebut karena khawatir akan menyebarkan bahan yang mungkin berbahaya atau menyebabkan kerusakan tambahan di daerah-daerah yang padat penduduk akibat tembakan.
Insiden terbaru ini telah menambah ketegangan yang meningkat di sepanjang perbatasan yang dijaga ketat oleh militer dan pihak berwenang, dan Korsel dalam keadaan siaga tinggi untuk eskalasi lebih lanjut.
Pada Juli, seorang pejabat Korsel memberi peringatan bahwa Korut mungkin sedang mempertimbangkan uji coba nuklir menjelang pemilihan presiden AS.
Di bawah instruksi terbaru, delapan brigade artileri Korut di perbatasan diperintahkan untuk "dipersenjatai dengan kekuatan penuh di masa perang, sementara unit-unit militer lainnya juga disiagakan untuk mengintensifkan pengawasan," demikian menurut KCNA.
"Penyusupan pesawat tak berawak di atas Pyongyang merupakan provokasi perang yang tidak dapat disangkal," kata Kementerian Pertahanan Korut dalam pernyataannya, seraya menambahkan, negara itu akan mengambil tindakan terhadap serangan lebih lanjut.
Bulan lalu, Korut merilis foto-foto pertama dari fasilitas pengayaan uranium untuk bom atom, yang memperlihatkan pemimpin Kim Jong Un sedang mengunjungi pabrik di pusat program yang telah menjadi titik perselisihan dengan AS selama lebih dari 20 tahun.
Kedua Korea telah meningkatkan program kendaraan udara tak berawak mereka. Korut meluncurkan pesawat nirawak serangan bunuh diri pada Agustus. Tingkat kemampuan drone Korut masih dipertanyakan, tetapi Kim telah menjadikan pengembangan drone untuk digunakan di udara dan laut sebagai program utama.
Korsel menerima peringatan tentang ancaman dari pesawat nirawak ketika Pyongyang mengirim lima UAV melintasi perbatasan pada tahun 2022, termasuk satu pesawat yang terbang di dekat kantor Presiden Yoon Suk Yeol di Seoul.
Militer Korsel mencoba, tapi gagal menembak jatuh perangkat tersebut. Salah satu faktor yang menyulitkan adalah keengganan untuk menembakkan amunisi di daerah yang padat penduduk.
(bbn)