“Kalau kritiknya kita tidak ada masalah. Kritik boleh-boleh saja, hak orang. Anak muda juga harus kritis tapi, menurut saya, mengatakan janda atau duda itu juga tidak benar,” katanya.
Lanjut aktivis 98 itu, hal membawa-bawa pribadi seperti status pernikahan atau agama seseorang dalam kritik harus dihindari karena tidak ada kaitannya dengan substansi kritik. Hal tersebut juga membuat isi kritik yang disampaikan Bima terkait kebijakan tidak ditangkap oleh publik. Banyak orang justru membahasnya dari sisi etika yang dilanggar.
Budiman menilai ucapan seperti itu juga berpotensi menimbulkan kebencian yang sifatnya personal terutama di era media sosial di mana setiap orang dapat berbicara apapun.
“Kalau saya ada di situasi seperti itu, akhirnya saya tidak tangkap kritiknya. Itu yang saya sesalkan dan saya mengecam itu karena itu ketiadaan adab. Anda bisa mengkritik tajam dan keras tidak apa-apa. Ini penting di era demokrasi dan keterbukaan, akhirnya yang dijaga adalah adab. Penting adab itu,” ujarnya.
Sementara Bima melalui akun TikTok kemudian menyampaikan permohonan maaf. Dia mengatakan video tersebut diunggahnya sudah lama namun akhirnya dipermasalahkan sekarang.
"Video itu udah lama banget dan di Twitter dan banyak yang menghujat gw. It's oke kalau banyak tak setuju dan kalau minta maaf gw minta maaf. Gw di sini banyak belajar dan meminta perspektif dari orang-orang. Gw minta maaf guys gw memang anak muda yang masih berapi-api gitu kan gw minta maaf banget. Jangan sampai lupa dengan kritik-kritik yang udah gw sampaikan dan jangan malah nge-judge gw secara personal ya," kata tiktoker itu.
(tar/ezr)