Logo Bloomberg Technoz

Batu bara dan CPO merupakan komoditas andalan ekspor Indonesia. Nilai ekspor bahan bakar mineral (yang didominasi batu bara) mencapai US$ 30,04 miliar pada Januari-Agustus. Porsinya mencapai 16,07% dari total ekspor non-migas.

Sedangkan nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (yang didominasi CPO) adalah US$ 19,09 miliar pada 8 bulan pertama 2024. Menyumbang 10,26% dari total ekspor non-migas.

Ekspor impor. (Dok: Bloomberg)

Impor Melonjak karena Harga Minyak?

Untuk impor, konsensus Bloomberg menghasilkan median proyeksi pertumbuhan 11,8% yoy pada September. Lebih tinggi ketimbang pertumbuhan Agustus yang sebesar 9,46% yoy.

Perkembangan harga minyak sepertinya ikut mengerek impor Indonesia. Dalam sebulan terakhir, harga minyak jenis brent melonjak 7,5%.

Teni geopolitik di Timur Tengah meninggi. Serangan Israel di Jalur Gaza sudah berlangsung lebih dari setahun, dan konflik kini meluas ke negara-negara lain seperti Iran, Lebanon, dan sebagainya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, saat ini volume impor minyak mentah Indonesia berada pada rentang 900.000-1 juta barel per hari dan mengacu pada harga dunia.

“Maka kita berdoa agar harga minyak dunia tidak terkoreksi [naik], karena kalau ini terjadi maka pasti akan membebani APBN. Kalau perang terjadi, harga minyak naik, itu berdampak pada perekonomian dan beban keuangan APBN,” tegas Bahlil, belum lama ini.

Tahun lalu, Kementerian ESDM mencatat impor minyak mentah Indonesia mencapai 123,21 barel per hari. Sementara produksi dalam negeri ‘hanya’ 605,5 ribu barel/hari.

Adapun impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tahun lalu adalah 26,66 juta kiloliter. Produksi dalam negeri yang sebanyak 43,87 kuta kiloliter belum memadai untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Warga mengisi BBM di SPBU Pertashop di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, Minggu (5/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Neraca Dagang Diramal Surplus Lagi

Untuk neraca perdagangan, konsensus Bloomberg menghasilkan median proyeksi surplus US$ 2,8 miliar pada September. Lebih rendah ketimbang Agustus yang positif US$ 2,9 miliar.

Namun jika terwujud, maka neraca perdagangan Indonesia akan surplus 53 bulan beruntun. Kali terakhir neraca perdagangan membukukan defisit adalah ada April 2020.

Meski surplus terjadi selama lebih dari 4 tahun, tetapi ini bukan rekor terpanjang. Surplus terpanjang pernah terjadi 152 bulan berturut-turut pada Juni 1995-April 2008.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menilai berlanjutnya surplus neraca dagang memberikan peluang tambahan devisa bagi Indonesia. Febrio memandang surplus perdagangan baik bagi ekonomi domestik dan mencerminkan perekonomian yang semakin terdiversifikasi.

“Karena kalau kita lihat kondisi ekonomi global masih menantang, apalagi belakangan kita melihat pelemahan perekonomian di Tiongkok,” tutur Febrio, beberapa waktu lalu.

Febrio juga menyebut capaian tersebut menjadi salah satu upaya perubahan struktur ekonomi RI untuk bertransformasi menjadi ekonomi yang bernilai tambah tinggi.

“Tidak hanya untuk tahun ini tetapi juga tahun-tahun berikutnya,” katanya.

(aji)

No more pages