Bloomberg Technoz, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menggarisbawahi pemerintah sedang menjaga agar produksi batu bara nasional tidak melebihi permintaan agar tidak terjadi oversupply.
Bahlil menjelaskan hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar harga tetap stabil dan tidak jatuh karena dunia kelebihan pasok batu bara.
Adapun, pernyataan ini dilontarkan untuk menanggapi realisasi produksi batu bara yang baru mencapai 624,19 juta ton hingga Oktober 2024, berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI).
Kementerian ESDM padahal sebelumnya sudah merestui 587 pengajuan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) untuk pertambangan batu bara periode 2024—2026 dengan total produksi pada 2024 mencapai 922,14 juta ton.
“Nanti kita lihat, kita betul mengejar target volume, tetapi kita juga harus mempertimbangkan harga. Kalau oversupply itu berarti hukum permintaan penawaran terjadi. Jangan supply tinggi, produksi tinggi, [tetapi] harga jatuh,” ujar Bahlil saat ditemui di Taman Mini Indonesia Indah, Minggu (14/10/2024).

Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), pada 2023, produksi oleh tiga negara produsen batu bara terbesar, yang menyumbang 70% dari output global, tumbuh pesat. Produksi China naik 3,4% secara tahunan, India 12% dan Indonesia 13%.
Akibatnya, produksi batu bara global mencapai level tertinggi sepanjang masa sebesar 8,9 miliar ton pada tahun lalu.
Pada Jumat (11/10/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan ini dihargai US$ 149,4/ton. Turun 0,57% dibandingkan hari sebelumnya. Sepanjang pekan kemarin, harga batu bara berkurang 0,13% secara point-to-point. Namun, dalam sebulan terakhir, harga melonjak 8,14%.
Kabar dari India menjadi sentimen negatif bagi batu bara. Mengutip catatan Grid India, pembangkitan listrik bertenaga batu bara dan lignit pada September turun 5,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
India adalah konsumen batu bara terbesar kedua di dunia. Menurut Our World in Data, konsumsi batu bara India pada 2023 mencapai 6,1 gigawatt per jam. Hanya kalah dari China yang sebesar 25,54 gigawatt per jam.
(dov/wdh)