"Tindakan ini menegaskan komitmen kuat AS untuk membela Israel, dan untuk melindungi warga Amerika di Israel, dari serangan rudal balistik lebih lanjut oleh Iran," kata juru bicara Pentagon, Pat Ryder, dalam pernyataannya pada Minggu. Pengerahan ini termasuk "kru terkait dari personel militer AS," katanya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bertekad untuk membalas serangan Iran Oktober lalu, yang disebut sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Kedua kelompok tersebut didukung oleh Iran dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS. Uni Eropa juga telah menetapkan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, sebagai organisasi teroris.
"Keuntungan THAAD adalah kemampuan tambahannya," kata Zohar Palti, mantan kepala strategi di Kementerian Pertahanan Israel, di televisi Channel 12. "Sistem ini memberikan banyak hal untuk keamanan, termasuk untuk tindakan kami selanjutnya ke Iran."
Saat ditanya apakah pengerahan pasukan AS di Israel membatasi otonomi negara Zionis tersebut, Palti mengatakan, Israel "tidak membahayakan pasukan AS, dan oleh karena itu akan ada koordinasi penuh di sini."
Zvika Haimovich, mantan komandan korps pertahanan udara Israel, mengatakan kepada Channel 12 bahwa THAAD bekerja serupa dengan Arrow, dengan ketinggian pencegatan 150 kilometer (94 mil) hingga 200 kilometer. Keunggulannya terletak pada penambahan puluhan platform peluncuran ke dalam jajaran rudal Israel.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengatakan pada Minggu, Iran tidak memiliki "garis merah" dalam mempertahankan diri dari ancaman dan bahwa AS "membahayakan nyawa pasukannya dengan mengerahkan mereka untuk mengoperasikan sistem rudal AS di Israel."
Biden sebelumnya mengarahkan pengerahan baterai THAAD ke Timur Tengah tahun lalu setelah serbuan dan serangan 7 Oktober 2023 yang dilakukan oleh militan Hamas di Israel selatan. Sistem ini juga dikerahkan ke Israel pada tahun 2019 untuk latihan pertahanan udara.
(bbn)