Logo Bloomberg Technoz

Namun sepanjang tahun ini, harga emas sudah naik lebih dari 25%. Ke depan, prospek harga emas juga masih cerah.

Akhir pekan lalu, ada rilis inflasi tingkat produsen di Amerika Serikat (AS) periode September. US Bureau of Labor Statistics melaporkan, inflasi tingkat produsen di Negeri Paman Sam berada di angka 0% pada September dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih rendah dibandingkan Agustus yang sebesar 0,2% mtm, juga ekspektasi pasar yang memperkirakan di 0,1% mtm.

Saat harga di tingkat produsen stagnan, maka ada harapan yang sama di tingkat konsumen. Proses disinflasi di AS masih berlanjut.

Oleh karena itu, asa akan penurunan suku bunga acuan membesar. Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5-2,75% pada November mencapai 86,9%.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

Karyawan merapihkan emas perhiasan di Galeri 24, Jakarta, Selasa (21/5/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

“Harga emas bisa mencapai US$ 3.000/troy ons pada 2025,” tegas Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures, seperti diberitakan Bloomberg News.

“Data inflasi produsen cukup ramah bagi harga emas, karena memberi pesan bahwa The Fed (Federal Reserve, bank sentral AS) bisa memangkas suku bunga acuan 2 kali masing-masing 25 bps sampai akhir tahun ini,” tambah Jim Wyckoff, Senior Market Analyst di Kitco Metals, juga dilansir Bloomberg News.

(aji)

No more pages