Logo Bloomberg Technoz

Tekanan yang dihadapi oleh rupiah terutama karena faktor eksternal. Perkembangan pasar tenaga kerja AS yang masih terlihat tangguh memicu ketidakpastian arah kebijakan bunga The Fed, bank sentral AS, ke depan. Pasar yang semula yakin masih ada peluang pemangkasan 50 bps pada FOMC bulan depan, dipaksa menurunkan ekspektasi menjadi 25 bps.

Bahkan, spekulasi bahwa mungkin The Fed akan menahan level bunga acuan pada pertemuan terdekat, juga mulai muncul. Terlebih ketika data inflasi menunjukkan disinflasi komoditas inti terhenti pada September. Skenario no landing telah memicu arus jual di Treasury, surat utang AS, dan melambungkan lagi nilai dolar AS.

Namun, tekanan itu sedikit mereda pada perdagangan Jumat berkat pernyataan banyak pejabat The Fed yang menilai data inflasi nan mengejutkan masih sesuai perkiraan para pembuat kebijakan.

Asing lepas saham & SRBI

Turbulensi di pasar global telah memicu arus keluar modal asing dari pasar domestik. Data Bloomberg mencatat, asing mencatat net outflows sepekan terakhir senilai US$291 juta week-to-date. Sementara menghitung sejak awal Oktober atau sejak kuartal IV-2024, asing mencatat net outflows US$405,2 juta.

Nilai penjualan aset oleh investor asing di Indonesia itu lebih besar dibandingkan outflows di Thailand dan Vietnam. Bahkan Malaysia masih mencatat net inflows meski kecil sebesar US$4,9 juta dan Filipina US$22,5 juta. 

Namun, hengkang investor asing dari pasar RI masih lebih kecil nilainya dibanding India yang pada periode yang sama membukukan outflows senilai US$2,61 miliar.

Laporan Bank Indonesia mencatat, berdasarkan data setelmen 7 – 10 Oktober 2024, investor nonresiden tercatat jual neto sebesar total sebesar Rp2,84 triliun.

Nilai itu terdiri atas jual neto Rp4,47 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp4,37 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp2,73 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Arus jual asing di saham sempat membawa IHSG menyentuh level terendah pekan lalu di 7.480. Sedangkan di pasar surat berharga negara (SBN), imbal hasil di mayoritas tenor naik cukup tajam.

Pada hari ketika nilai rupiah nyaris menjebol Rp15.700/US$, yield SBN-5Y melompat sampai 14,1 bps ke 6,51%, lalu 10Y naik 8,3 bps ke 6,70% dan tenor pendek naik 5,7 bps ke 6,23%.

Pada penutupan perdagangan Jumat kemarin, yield 5Y kembali landai ke 6,41%, tenor 10Y kini di 6,63% dan tenor pendek 2Y di 6,27%.

(rui)

No more pages