Meski demikian, ia tak menjelaskan lebih rinci proporsi atau persentase kredit yang disalurkan kepada sektor hilirisasi sumber daya mineral.
“Kami melihat prospek kredit ke sektor yang bergerak pada hilirisasi sumber daya mineral masih cukup baik,” ujar Hera.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae mengatakan bahwa hingga Agustus 2024 pertumbuhan penyaluran kredit kepada industri pengolahan untuk sub-sektor industri pengolahan kelapa sawit, logam non besi, dan manufaktur elektronik tumbuh sebesar 10,58% (yoy).
Secara porsi penyaluran kredit, persentase penyaluran kredit kepada subsektor pengolahan kelapa sawit, logam non besi, dan manufaktur elektronik per Agustus 2024 sebesar 17% terhadap total kredit kepada industri pengolahan.
Sementara itu, penyaluran kredit kepada subsektor tersebut per Agustus 2024 tercatat hanya sebesar 2,61% terhadap total penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan.
“Jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2023, pertumbuhan penyaluran kredit pada subsektor yang sama tumbuh 5,27% (yoy),” kata Dian kepada Bloomberg Technoz, dikutip Jumat (11/10/2024).
“Peningkatan yang cukup signifikan pada pemberian kredit untuk industri yang mengolah produk hilirisasi kelapa sawit dan bahan tambang ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mendorong industri pengolahan yang memberikan nilai tambah,” lanjut Dian.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui bahwa 85% industri penghiliran atau hilirisasi nikel di dalam negeri masih dikuasai oleh asing.
Menurut dia, hal ini berkaitan dengan perbankan luar negeri yang lebih berminat untuk mendanai proyek hilirisasi nikel di Indonesia dibandingkan dengan perbankan dalam negeri.
Namun, Bahlil mengatakan, pemerintah tidak memiliki kewenangan untuk mengintervensi kedaulatan bank dalam negeri untuk membiayai industri hilirisasi.
“Untuk industrinya, itu saya jujur mengatakan dikuasai 85% oleh asing. Andaikan pun ada [bank dalam negeri], equity-nya besar 30%—40%. Pertanyaan saya, pengusaha siapa yang punya uang 30%—40% untuk menjadi equity? Andaikan pun ada, pengusahanya itu lagi, itu lagi, itu lagi. Kalau tidak bapaknya, anaknya, kalau tidak anaknya, cucunya, kalau tidak keponakannya. Nah, kita kan tidak mau seperti ini,” ujar Bahlil dalam agenda BNI Investor Daily Summit 2024, Rabu (9/10/2024).
(azr/lav)