Sentimen utama perdagangan hari ini datang dari pengumuman data inflasi Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) Amerika Serikat semalam. Inflasi AS ternyata kembali bangkit di angka yang melampaui prediksi sebelumnya.
Namun demikian, Tim Ekonom Bloomberg Economics menilai, laporan inflasi CPI September memberikan berita baik dan buruk tentang inflasi di negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
Kabar baiknya, disinflasi biaya sewa rumah menggambarkan kemajuan yang lebih cepat. Akan tetapi, lebih banyak kabar buruk yakni bahwa inflasi di beberapa kelompok masih mencatat kenaikan, seperti di antaranya jasa reparasi mobil dan biaya asuransi. “Disinflasi di komoditas inti terhenti pada September,” kata Anna Wong dan Stuart Paul dari Bloomberg Economics, pasca laporan CPI diumumkan, Kamis (10/10/2024).
Meski begitu, ia melanjutkan, indeks favoritas The Fed yaitu PCE core deflator yang akan dirilis pada 31 Oktober nanti, kemungkinan meningkat lebih lambat dibanding CPI September seperti yang terjadi dalam beberapa bulan.
“Secara keseluruhan, terlepas dari kejutan kenaikan inflasi CPI inti, kami tidak berpikir laporan itu akan mengubah pandangan FOMC bahwa inflasi berada di jalur penurunan. Kami memprediksi The Fed akan memangkas bunga acuan 25 bps pada pertemuan 6–7 November nanti,” kata Wong dan Paul.
“Kami memperkirakan CPI inti akan tetap berada di kisaran 3,1%–3,3% selama sisa tahun ini, dan baru turun menjadi 3% pada kuartal pertama tahun depan.”
Adapun Bloomberg Economics memperkirakan CPI inti akan tetap di angka 3,3% pada 2024. “Jika perkiraan kami benar, akan lebih banyak pejabat The Fed yang khawatir bahwa inflasi masih berada di atas level target,” tulisnya.
IHSG juga diuntungkan dengan penguatan nilai tukar Rupiah. Pada pukul 10.40 WIB, rupiah menguat 0,47% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di posisi Rp15.604/US$. Seperti halnya IHSG, rupiah jadi mata uang dengan apresiasi terbaik di Asia.
Saat rupiah menguat, maka beban utang luar negeri emiten-emiten di BEI bisa berkurang. Ketika beban utang berkurang, maka ruang untuk mencatat laba meningkat sehingga investor boleh berharap akan datangnya dividen.
(fad/lav)