Logo Bloomberg Technoz

Jokowi Akui Masih Ada Kekurangan di Hilirisasi Tambang, Soal Apa?

Dovana Hasiana
11 October 2024 09:30

Kegiatan operasional tambang nikel di Morowali, Sulawesi (Dimas Ardian/Bloomberg)
Kegiatan operasional tambang nikel di Morowali, Sulawesi (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengakui saat ini kebijakan penghiliran atau hilirisasi—khususnya sektor pertambangan mineral logam — di Indonesia masih baru sebatas pabrik pemurnian atau smelter, yang mengolah bahan mentah menjadi produk antara.

Dalam kaitan itu, Kepala Negara tidak menampik hilirisasi masih perlu dilanjutkan untuk pengembangan industri turunan di dalam negeri guna menyerap hasil produk smelter. Industri turunan tersebut pun mesti dibangun di lokasi yang berdekatan dengan smelter.

Bahkan, Jokowi memberikan contoh bahwa industri turunan seperti pabrik copper foil harus berada di sekitar lokasi industri dari smelter katoda tembaga baru yang dimiliki oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) di Manyar, Gresik, Jawa Timur.

“Memang ini baru masuk ke smelter sehingga industri turunan harus didorong. [Smelter] Freeport jadi nanti industri turunan ke sini semua harus berada di sekitar lokasi industri smelter yang dimiliki Freeport, baik itu copper foil dan lain-lain,” ujar Jokowi dalam Malam Puncak HUT Ke-79 Pertambangan dan Energi, Kamis (10/10/2024), malam.

Realisasi Investasi Smelter 2014—2024 (Bloomberg Technoz)

Selain tembaga, dia juga mendorong agar industri turunan dari nikel dibangun di Indonesia. Hal ini terjadi karena nilai tambah yang besar justru terjadi dengan pengolahan dan produksi dalam negeri, bukan hanya sekadar mengekspor bahan baku mentah.