Logo Bloomberg Technoz

Inflasi yang kembali tinggi ketika angka pengangguran mencemaskan, menjadi kombinasi yang membuat pasar makin kesulitan menebak arah kebijakan bunga The Fed ke depan.

Namun, reaksi pasar yang tertahan pasca rilis data inflasi tadi malam kemungkinan karena berbagai pernyataan bernada menenangkan dari para pejabat The Fed.

Tiga pembuat kebijakan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) pada Kamis (10/10/2024) menanggapi dengan tenang laporan inflasi September yang lebih tinggi dari perkiraan.

Mereka menunjukkan bahwa bank sentral AS kemungkinan akan melanjutkan penurunan suku bunga. Namun, seorang pembuat kebijakan lainnya mengindikasikan kemungkinan jeda pada pertemuan berikutnya.

"Bulan ke bulan, ada fluktuasi dalam data, tetapi kami telah melihat proses penurunan inflasi yang cukup stabil," kata Gubernur Federal Reserve New York John Williams dalam sebuah acara di Binghamton University. "Saya berharap tren ini akan berlanjut."

Williams juga menambahkan bahwa menurutnya akan tepat untuk "melanjutkan proses mengubah kebijakan moneter menuju sikap yang lebih netral dari waktu ke waktu."

Gubernur Federal Reserve Bank of Chicago, Austan Goolsbee, dalam wawancara dengan CNBC mengatakan bahwa "tren keseluruhan" inflasi selama 12 hingga 18 bulan terakhir bergerak turun dengan jelas.

Sementara itu, Gubernur The Fed Richmond, Thomas Barkin, menyatakan bahwa inflasi "pasti bergerak ke arah yang benar."

Teknikal

Secara teknikal nilai rupiah memiliki potensi pelemahan terbatas di kisaran sempit menuju level Rp15.680/US$ yang menjadi level support pertama. Hingga ke level Rp15.700/US$.

Bila dua level itu jebol, nilai rupiah bisa makin terpuruk ke  Rp15.740/US$ sampai dengan Rp15.750/US$ sebagai support terkuatnya.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati pada level Rp15.640/US$ dan selanjutnya Rp15.600/US$.

(rui)

No more pages