Logo Bloomberg Technoz

Lanskap itu menempatkan aset-aset emerging market dalam pergerakan yang ragu-ragu. Di pasar offshore dini hari tadi, rupiah nondeliverable forward (NDF) ditutup menguat tipis 0,07% di level Rp15.703/US$. Pagi ini bergerak stabil di kisaran Rp15.705/US$. Sedangkan NDF-1W juga ditutup menguat tadi malam dan pagi ini bergerak di Rp15.693/US$.

Level itu sedikit lebih lemah dibanding posisi penutupan rupiah spot kemarin di Rp15.665/US$, mengisyaratkan gerak rupiah hari ini akan cenderung terbatas dengan potensi pelemahan masih terbuka.

Pada awal transaksi di pasar Asia pagi ini, beberapa mata uang bergerak menguat melawan dolar AS. Baht menguat 0,24%, disusul won senilai sama, lalu ringgit naik 0,12% dan dolar Hong Kong bergerak sedikit 0,01%. 

Pasar kini akan menanti rilis data Indeks Harga Produsen (PPI) AS yang akan diumumkan nanti malam, berikut data sentimen konsumer terbaru.

Sinyal dari pejabat The Fed

Salah satu hal yang membuat reaksi pasar masih bercampur dalam menanggapi data inflasi yang mengejutkan, kemungkinan karena pernyataan beberapa pejabat Federal Reserve yang cenderung melontar sinyal menenangkan.

Tiga pembuat kebijakan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) pada Kamis (10/10/2024) menanggapi dengan tenang laporan inflasi September yang lebih tinggi dari perkiraan.

Mereka menunjukkan bahwa bank sentral AS kemungkinan akan melanjutkan penurunan suku bunga. Namun, seorang pembuat kebijakan lainnya mengindikasikan kemungkinan jeda pada pertemuan berikutnya.

"Bulan ke bulan, ada fluktuasi dalam data, tetapi kami telah melihat proses penurunan inflasi yang cukup stabil," kata Gubernur Federal Reserve New York John Williams dalam sebuah acara di Binghamton University. "Saya berharap tren ini akan berlanjut."

Williams juga menambahkan bahwa menurutnya akan tepat untuk "melanjutkan proses mengubah kebijakan moneter menuju sikap yang lebih netral dari waktu ke waktu."

Gubernur Federal Reserve Bank of Chicago, Austan Goolsbee, dalam wawancara dengan CNBC mengatakan bahwa "tren keseluruhan" inflasi selama 12 hingga 18 bulan terakhir bergerak turun dengan jelas.

Sementara itu, Gubernur The Fed Richmond, Thomas Barkin, menyatakan bahwa inflasi "pasti bergerak ke arah yang benar."

Komentar para pejabat The Fed usai rilis data inflasi AS. (Sumber: Bloomberg)

Ia optimistis melihat kemajuan dalam menjinakkan inflasi, meski ia memperingatkan bahwa perjuangan belum sepenuhnya berakhir. Barkin menyebut beberapa risiko potensial yang bisa memicu tekanan harga lebih lanjut.

"Kami pasti bergerak ke arah yang benar. Namun, saya belum siap untuk menyatakan kemenangan," kata Barkin pasca rilis data inflasi diumumkan.

Pesan dari pernyataan-pernyataan itu agaknya menahan pasar dari reaksi yang ekstrem mendapati inflasi AS kembali bangkit setelah The Fed memangkas bunga acuan.

Dari Asia, pelaku pasar akan menanti pengumuman dari otoritas China hari Sabtu nanti tentang kepastian stimulus perekonomian. Setelah pada Selasa lalu pasar dikecewakan oleh ketiadaan penambahan yang telah membawa indeks saham di Tiongkok terpapas cukup besar.

China diperkirakan akan mengeluarkan stimulus fiskal baru dengan nilai raksasa hingga 2 triliun yuan (setara Rp4.429 triliun), demi menopang perekonomiannya dan meningkatkan kepercayaan investor.

Menurut survei Bloomberg terhadap 23 pelaku pasar, dana itu mungkin akan diperoleh melalui penjualan obligasi pemerintah dan bisa diumumkan paling cepat pada Sabtu (12/10/2024) dalam pengarahan yang sangat dinantikan dari menteri keuangan negara tersebut.

Di luar besaran paket fiskal yang akan diumumkan, target dukungan tersebut akan menunjukkan ke arah mana pemerintah China berencana mengarahkan perekonomiannya setelah bertahun-tahun mengandalkan ekspansi berbasis utang melalui investasi, terutama di sektor real estate dan infrastruktur.

"Stimulus harus bersifat multi-tahun dan ditargetkan untuk rumah tangga, bukan untuk memulai kembali pertumbuhan yang dipimpin oleh investasi di sektor real estate," kata Pushan Dutt, Profesor Ekonomi di INSEAD. "Yang terpenting adalah fokus stimulus, bukan besarannya."

Analisis teknikal 

Secara teknikal nilai rupiah memiliki potensi pelemahan terbatas di kisaran sempit menuju level Rp15.680/US$ yang menjadi level support pertama. Hingga ke level Rp15.700/US$.

Bila dua level itu jebol, nilai rupiah bisa makin terpuruk ke  Rp15.740/US$ sampai dengan Rp15.750/US$ sebagai support terkuatnya.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati pada level Rp15.640/US$ dan selanjutnya Rp15.600/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Jumat 11 Oktober 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages