Pernyataan Himino, yang sebagian berasal dari pernyataan kebijakan Juli lalu, menunjukkan bahwa bank belum mengubah sikap kebijakannya.
Pada hari pertamanya menjabat sebagai PM, Ishiba keluar dari pertemuan dengan Gubernur BOJ Kazuo Ueda dan mengatakan kepada wartawan bahwa perekonomian belum siap untuk kenaikan suku bunga saat ini.
Meskipun pernyataan tersebut sejalan dengan yang dikatakan Ueda—dan memang Ishiba kemudian mengklarifikasi ia bermaksud untuk menyampaikan kesamaan—munculnya tekanan pemerintah terhadap bank sentral untuk menahan diri dari kenaikan memicu kelesuan yen karena para trader memperhitungkan jeda kebijakan yang lebih lama.
Sebagian besar ekonom memperkirakan BOJ akan mempertahankan tingkat suku bunganya saat menetapkan kebijakan pada 31 Oktober.
Eiji Maeda, mantan direktur eksekutif di BOJ, memperkirakan bank tersebut akan menunggu hingga Januari sebelum menaikkan suku bunga karena pihak berwenang memantau Pilpres AS, momentum kenaikan upah, dan tren harga layanan.
Deputi gubernur menyebut sejumlah suku bunga riil yang dapat dinilai otoritas, dan dalam kasus Jepang, semuanya negatif pada tingkat yang berbeda-beda. Dia juga mengatakan para ekonom bank telah menggunakan berbagai formula untuk mengukur tingkat suku bunga alamiah, dengan hasil berkisar antara minus 1% dan 0,5%.
Himino mencatat bahwa bank tersebut dikritik karena komunikasi yang buruk setelah kenaikan suku bunga pada 31 Juli mengejutkan para trader dan sebagian disalahkan karena memicu gejolak di pasar keuangan global pada awal Agustus.
"Ada banyak cara untuk meningkatkan komunikasi," ujarnya, seraya menambahkan bahwa ada kemauan yang kuat dari pihak bank untuk melakukan hal tersebut.
(bbn)