Logo Bloomberg Technoz

Khor menyatakan meskipun Bank Sentral AS telah menurunkan suku bunganya dan menyebabkan pelonggaran kebijakan moneter, namun ketidakpastian seputar inflasi dan prospek pertumbuhan masih ada.

Selain itu, Khor menilai negara-negara tersebut harus mengantisipasi gagal bayar pada perusahaan sektor real estat karena kondisi kredit yang ketat akibat pasar yang buruk. Menurutnya, sektor ini mengalami penurunan kinerja pasca pandemi Covid-19.

“Untuk mengatasi risiko dan tantangan jangka pendek dan jangka panjang terhadap stabilitas keuangan ASEAN+3, kawasan ini harus bersatu dan berjuang untuk ketahanan dan stabilitas,” terangnya.

Terkait itu, Khor menyampaikan bahwa kesehatan lembaga keuangan yang memiliki eksposur signifikan kepada sektor real estat di kawasan ASEAN+3 juga perlu diperhatikan, utamanya bagi bank-bank kecil dan lembaga keuangan non bank.

Untuk memperkuat guncangan eksternal, Khor memandang negara-negara ASEAN+3 perlu memperkuat fundamental ekonomi dan keuangannya. Pasalnya, negara-negara dalam kawasan itu memiliki ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang cukup tinggi.

AMRO juga berpandangan bahwa mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam jangka menengah panjang perlu ditingkatkan oleh negara-negara kawasan ini, sehingga Khor merekomendasikan agar lintas mata uang harus menjadi prioritas utama.

“Ketergantungan yang tinggi pada dolar AS untuk aktivitas keuangan lintas batas di kawasan ini menimbulkan dua risiko utama: 1) potensi kekurangan pendanaan dalam dolar AS, yang dapat mengganggu kestabilan pasar keuangan dan perantara; dan 2) transmisi guncangan global melalui dolar AS, terutama selama periode pengetatan moneter atau ketegangan geopolitik,” paparnya.

(azr/lav)

No more pages