Logo Bloomberg Technoz

Shein sedang naik daun dengan perusahaan diperkirakan memiliki valuasi hingga US$90 miliar (Rp1.391  triliun) tahun lalu, dalam penawaran umum perdananya di Amerika Serikat (AS).

Penjualan yang diestimasikan oleh Shein sekarang jauh melampaui Zara dan H&M di pasar pakaian cepat di AS.

Di luar prestasi dari sisi bisnis, Shein mendapat kritik karena memproduksi pakaian berkualitas rendah. Shein juga menggunakan kapas dari wilayah China yang dituduh menggunakan tenaga kerja paksa.

Dengan peta terbaru industri fast fashion ini membuat Amazon.com Inc memangkas biaya untuk penjualan pakaian di bawah US$20. Hal ini menandkan Amazon siap untuk memulai perang harga dengan Shein.

Shein dan Temu bersaing ketat di pasar online Amerika

Temu dari PPD Holding Inc, bersama Shein, mulai mengincar Asia Tenggara yang berpenduduk 675 juta orang, dengan Indonesia sebagai negara dengan ceruk pasar terbesar.

“Hadirnya kembali layanan e-commerce Tiktok di Indonesia terjadi saat Shein dan Temu milik PDD [nama lain dari Pinduoduo], seluruhnya dari China namun berkantor pusat di negara lain, merambah industri ritel online atau e-tailer di Asia Tenggara,” tulis Catherine Lim, Analis  Bloomberg Intelligence, dalam risetnya akhir 2023.

Meski begitu analis memprediksi grup Sea, dengan Shopee masih akan unggul di teritori tersebut yang pada akhirnya menguntungkan dari sisi finansial, kata Alicia Yap dalam sebuah riset yang dipublikasikan Citigroup. 

(fik/wep)

No more pages