“Tim keamanan OpenAI menghubungi karyawan yang diyakini telah menjadi target dalam phishing ini dan menemukan bahwa kontrol keamanan yang ada mencegah email-email tersebut sampai ke email perusahaan mereka,” kata OpenAI.
Pengungkapan ini menyoroti potensi risiko keamanan siber bagi perusahaan-perusahaan AI terkemuka karena AS dan China terkunci dalam pertarungan berisiko tinggi guna memperebutkan supremasi kecerdasan buatan.
Pada bulan Maret, misalnya, seorang mantan insinyur Google didakwa mencuri rahasia dagang AI untuk sebuah perusahaan China.
Pemerintah China telah berulang kali membantah tuduhan AS bahwa organisasi-organisasi di dalam negeri melakukan serangan siber, dan menuduh pihak eksternal mengorganisir aksi kotor.
OpenAI mengungkapkan percobaan serangan phishing sebagai bagian dari laporan intelijen ancaman terbarunya, yang menguraikan upayanya untuk memerangi operasi pengaruh di seluruh dunia.
Dalam laporan, OpenAI mengatakan telah menghapus akun-akun dari kelompok-kelompok yang memiliki hubungan dengan Iran dan China yang menggunakan AI untuk bantuan pengkodean, melakukan penelitian, dan tugas-tugas lainnya.
(bbn)