Seperti yang diwartakan Bloomberg News, inflasi CPI dan inflasi inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, diperkirakan hanya akan ada kenaikan 0,1% dan 0,2%, masing-masing, pada September. Mencermati median dalam survei Bloomberg terhadap Ekonom/ Analis. Dalam kedua kasus tersebut, angka tersebut makin melambat dari Agustus sebelumnya.
Secara tahunan, diperkirakan akan melambat menjadi 2,3%, menandai laju paling lemah sejak awal 2021. Acuan inflasi inti juga diperkirakan menunjukkan kenaikan tahunan sebesar 3,2% untuk bulan kedua yang sama berturut-turut.
Survei dari 22V Research menunjukkan bahwa 42% investor memperkirakan reaksi pasar terhadap IHK akan “Beragam/Diabaikan,” kemudian 32% mengatakan “Menghindari risiko,” dan hanya 25% berpikir pasar akan “Mengambil risiko.”
“Optimisme tentang inflasi umumnya tetap tinggi,” menurut Dennis DeBusschere, pendiri 22V. Dia juga menambahkan, persentase bagi investor yang memperkirakan resesi, terus menurun hingga saat ini.
“Bahkan jika IHK inti mengejutkan ke arah kenaikan, kami tidak berpikir laporan September akan mengubah pandangan FOMC bahwa inflasi sedang dalam laju penurunan,” kata Anna Wong, Kepala Ekonom AS untuk Bloomberg Economics, dalam sebuah catatan pada Kamis.
Ia memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan November setelah penurunan setengah poin oleh Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) di bulan lalu.
Dengan itu, pasar sudah melepaskan taruhan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 bps bulan depan. Mengutip CME FedWatch Tools, probabilitas Federal Funds Rate tetap bertahan di 4,75–5% pada November mencapai 19,7%. Lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya di angka 14,8%.
Terlebihlagi, Risalah The Fed (Minutes of Meeting) dalam rapat bulan lalu, Gubernur Jerome Powell dan kolega memutuskan memangkas suku bunga acuan sebanyak 50 Bps, terungkap bahwa keputusan itu tidak sepakat bulat, tidak aklamasi, ada dissenting opinion.
Beberapa pejabat lebih memilih pengurangan yang lebih kecil, yakni seperempat poin.
“Beberapa peserta rapat menggarisbawahi bahwa penurunan 25 bps lebih sejalan dengan kebijakan normalisasi. Dengan demikian, pembuat kebijakan bisa memiliki waktu untuk menentukan kadar yang tepat untuk perekonomian,” sebut notula itu.
Perkembangan ini membuat pasar makin terbelah. Potensi suku bunga acuan tidak dipotong lagi pada rapat November pun membesar.
Prakiraan yang dirilis setelah rapat menunjukkan pandangan yang bervariasi tentang seberapa besar The Fed harus memangkas suku bunga jelang tutup tahun. Tujuh pejabat lebih menyukai pemotongan sebesar 75 basis poin pada 2024, sementara dua lainnya memilih 50 basis poin. Sepuluh pembuat kebijakan memperkirakan pemotongan sebesar satu poin persentase atau lebih.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor mengantisipasi rilis data inflasi AS, yaitu Consumer Price Index (CPI) pada hari Kamis dan Producer Price Index (PPI) pada hari Jumat.
“Pelaku pasar meninggalkan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan sebesar 50 Bps oleh Federal Reserve bulan depan,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Saat ini peluang ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 25 Bps mencapai 80,3% dengan peluang Federal Reserve tidak merubah suku bunga mencapai 19,7%. Bandingkan dengan minggu lalu di mana ‘Ada’ peluang penurunan suku bunga sebesar 50 Bps mencapai 36.8%
Adapun pasar juga tetap waspada terhadap potensi serangan balasan Israel terhadap Iran, yang meningkatkan kekhawatiran akan konflik lebih luas.
Sebelumnya Presiden AS Joe Biden telah berupaya mencegah serangan terhadap fasilitas minyak Iran, sementara Iran memperingatkan kesiapan mereka untuk meluncurkan ribuan rudal jika dibutuhkan.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, risiko lonjakan harga minyak masih cukup besar mengingat Israel diperkirakan melakukan serangan balasan ke Iran pada pekan ini.
Melansir Presiden AS, Joe Biden dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengadakan pertemuan pada Rabu (9/10) pagi waktu setempat.
“Eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah kemungkinan besar akan ditentukan oleh hasil pertemuan Pemerintah Israel dengan AS yang tengah berlangsung di Washington D.C,” mengutip riset Phintraco.
Dalam risetnya, IHSG berpotensi technical rebound ke kisaran 7.550 di Kamis (10/10). Stochastic RSI dan MACD masih cenderung bergerak dalam positive slope. Dengan demikian, IHSG diyakini mempertahankan fase konsolidasinya untuk beberapa Waktu kedepan.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi INCO, MDKA, MBMA, PGEO, dan UNTR.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, IHSG kembali melemah setelah sempat memantul dari area support MA-60.
“Posisi IHSG saat ini masih berada di area support MA-60, masih ada potensi IHSG memantul dari area support MA-60,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Kamis (10/10/2024).
BRI Danareksa juga memberikan catatan, waspadai penurunan lebih dalam jika IHSG Kembali turun di bawah support 7.454.
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, ACES, EXCL, HEAL, SSIA.
(fad)