Selepas itu, harga CPO bergerak turun. Sepertinya aksi profit taking akibat harga yang sudah naik tinggi menjadi latar belakangnya.
Kedua adalah perkembangan harga minyak nabati pesaing. Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) anjlok 1,5%. Sementara harga minyak biji bunga matahari melemah 0,71%.
Saat harga minyak nabati pesaing makin murah, maka keuntungan menggunakan CPO akan berkurang. Sebab, berbagai komoditas ini memang bisa saling menggantikan.
Ketiga adalah nilai tukar mata uang ringgit Malaysia. Kemarin, mata uang Negeri Harimau Malaya menguat 0,12% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
CPO adalah aset yang dibanderol dalam ringgit. Ketika ringgit terapresiasi, maka CPO menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih menghuni zona bullish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 65,76. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di 77,84. Menempati zona beli (long) yang bahkan sudah hampir menyentuh titik jenuh.
Ruang kenaikan harga CPO sejatinya masih terbuka, tetapi memang tidak besar. Target resisten terdekat adalah MYR 4.253/ton yang merupakan Moving Average (MA) 10.
Adapun target support terdekat ada di MYR 4.114/ton. Jika tertembus, maka MYR 4.013/ton bisa menjadi target berikutnya.
(aji)