Belum lagi, Indonesia juga mencatatkan banyak penemuan ladang migas baru dan reaktivasi ladang bekas Belanda dengan teknologi baru.
Selain itu, kata Prabowo, ketahanan energi akan dicapai dengan intensifikasi hilirisasi batu bara menjadi solar dan dimetil eter (DME) untuk menekan impor gas minyak cair atau liquefied petroleum gas (LPG).
Untuk deketahui, saat ini program mandatori biodiesel baru diujicobakan hingga tahapan B40. Pemerintah juga mulai merencanakan skema untuk dapat menaikkan level bauran hingga ke tingkatan B50.
Dalam kaitan itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan program mandatori biodiesel B40, atau bahkan B50 yang membutuhkan bauran Solar dengan 50% bahan bakar nabati minyak sawit, tidak akan menggangu pasokan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) untuk kebutuhan bahan baku industri pangan seperti minyak goreng.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi mengatakan pasokan CPO untuk pasar domestik sudah dijaga kesimbangannya, baik untuk kebutuhan energi maupun pangan.
"[Serapan CPO, baik untuk pangan ataupun energi] sama-sama pentingnya. Bahwa kalau untuk energi enggak boleh mengganggu pangan. [Lagipula,] program biodiesel ini juga menstabilkan supply demand-nya sehingga harganya stabil. Petani juga mendapatkan hasilnya," Kata Agus ketika ditemui di Kementerian ESDM, akhir pekan.
Mengenai bahan baku minyak sawit yang disebut makin terbatas, Agus menekankan hal tersebut akan dikelola oleh Kementerian Pertanian dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
"Jadi antarkementerian, tentunya harus seimbang," tegasnya.
Pengelolaan Stok CPO
Untuk diketahui, simulasi dari wacana biodiesel B50, sebagaimana dicanangkan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto, akan dibagi ke dalam beberapa tahapan.
Direktur Pengelola dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian Prayudi Syamsuri mengatakan, dalam skenario jangka pendek, Kementan membuka peluang pemenuhan bahan baku (feed stock) dilakukan melalui pengalihan ekspor minyak sawit mentah secara bertahap.
"Dalam jangka pendek, yang bisa kita alihkan adalah tujuan ekspor yang mungkin akan kita kurangi bertahap," ujar Prayudi saat ditemui di Jakarta Pusat, awal pekan ini.
Prayudi menjelaskan, posisi produksi minyak sawit Indonesia saat ini mencapai 54,8 juta ton per tahun, di mana 31,6 juta ton di antaranya merupakan alokasi ekspor.
Maka, Kementan menawarkan simulasi di mana 5,7 juta kiloliter (kl) dari alokasi ekspor sebesar 31,6 juta ton tersebut dialihkan untuk menambah bauran biodiesel menjadi B50 di dalam negeri. Dengan demikian, ekspor CPO dan produk turunannya bakal menjadi 26,6 juta ton.
Sementara itu, Kementan juga menawarkan simulasi di mana 12,3 juta kl dari konsumsi domestik sebesar 23,2 juta ton dialihkan untuk program B50. Walhasil, konsumsi domestik untuk minyak goreng dan sebagainya berada pada level 12,6 juta ton.
"Ekspor kita ambil 5,7 juta kl saja itu bisa menambah persentase biodiesel ke B50, artinya ada tambahan 5,7 juta [kl] kita ambil untuk kita alihkan dalam posisi menambah persentase biodiesel sehingga bisa jadi B50," ujarnya.
Berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, angka sementara 2023, kelapa sawit memiliki lahan seluas 16,8 juta ha dengan produksi sebesar 46,9 juta ton. Sementara itu, konsumsi CPO dalam negeri digunakan untuk 3 kebutuhan, yakni pangan, oleokimia dan biodiesel.
(wdh)