Lebih lanjut, ia justru menyatakan sektor swasta masih belum dapat tumbuh pesat karena saat ini masih kerap terhalang birokrasi dan regulasi yang menyulitkan.
“Birokrasi kita terlalu gemuk dan setiap unit dalam birokrasi pasti mau bikin peraturan, perizinan, pengawasan. Jadi mau tidak mau strategi yang disiapkan itu dalam astacita ke 3 dan ke 7, tapi intinya menguatkan governance,” tutur Drajad.
Oleh sebab itu, Drajad mengatakan pasti akan terdapat pihak yang berpandangan bagaimana-bisa pemerintahan baru ingin merampingkan birokrasi dan regulasi yang berkelit ditengah rencana penambahan Kementerian.
“Yang disebut nambah itu adalah Kementerian dan Lembaga. Karena kita ada badan gizi, ada lagi badan penerimaan. Jadi nambahnya karena ada badan, kemudian ada kementerian,” katanya.
Dengan demikian, penambahan Kementerian/Lembaga (K/L) tersebut dilakukan dengan menyesuaikan cakupan dari permasalahan yang akan dituntaskan oleh masing-masing K/L baru tersebut.
“Satu persatu kementerian dan lembaga kita harapkan ada di debirokratisasi dan deregulasi supaya swasta ini bisa maju cepat,” ucapnya.
“Masalahnya, selalu ada time gap [jeda] yang cukup panjang antara kita lakukan deregulasi dengan, growth gain [efek ke pertumbuhan] yang kita dapatkan di perekonomian,” lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden Terpilih Prabowo Subianto mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinannya bisa mencapai 8%. Menurut Prabowo, optimisme ini didasarkan pada fakta bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat besar dan potensi Indonesia yang besar.
“Kalau tadi Menteri Koordinator Perekonomian (Airlangga Hartarto) menyampaikan bahwa kita optimis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai lebih dari 5%, kalau Saya lebih berani lagi kita harus berani menaruh sasaran yang lebih tinggi, karena saya optimis kita bisa mencapai 8%,” kata Prabowo beberapa waktu lalu.
Berdasarkan catatan Bloomberg, sejak tahun 2000 ekonomi Indonesia belum pernah tumbuh 8%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2021 yaitu sekitar 7%. Pertumbuhan itu terjadi karena basis yang rendah (low base effect) usai pandemi Covid-19.
(azr/lav)