Logo Bloomberg Technoz

“Namun saya cek terakhir pada Agustus, volume tidak signifikan, baik yang ditawarkan atau yang membeli. Bahkan, [nikel hijau] yang ditawarkan pun belum tentu semuanya terserap. Jadi volume wise memang belum likuid,” ujarnya.

Meskipun begitu, Bernardus kembali menggarisbawahi bukan berarti nikel hijau tidak akan tersedia, melainkan bisa ditawarkan atau dinegosiasikan secara B2B.

“Kalau Vale sebetulnya kalau mau negosiasi, nikel kan dipakai untuk baterai mobil [listrik]. Harganya jadi mahal karena ada nikel hijau, masa kita sebagai memproduksi nikel tidak ada kecipratan value? Maka seharusnya bisa muncul negosiasi. Bukan hanya Vale, semua pelaku industri penginnya itu,” ujarnya.  

Korporasi produsen nikel terbesar dunia./dok. Bloomberg

Sekadar catatan, INCO memang sudah menggunakan energi hijau berupa tiga pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas total 365 megawatt.

Pengurangan emisi juga dilanjutkan di proyek pengembangan Morowali, di mana smelter akan beralih ke energi bersih melalui pasokan listrik dari gas alam. 

Dalam catatan atau notice yang diterbitkan awal tahun, LME memang menegaskan pasar ‘nikel hijau’ saat ini masih terlalu kecil untuk bisa menggaransi kontrak berjangka mereka sendiri.

“LME yakin pasar ‘nikel hijau’ belum cukup besar untuk mendukung semangat memperdagangkan kontrak berjangka hijau khusus. Pelaku pasar telah menyatakan kekhawatirannya akan hal itu dan masih terdapat perdebatan pasar yang signifikan mengenai bagaimana mendefinisikan ‘hijau’,” papar bursa logam barometer dunia itu, dikutip Kamis (7/3/2024).

Bagaimanapun, LME tidak menutup telinga terhadap kencangnya desakan dari berbagai korporasi tambang agar LME memperdagangkan subsegmen khusus bagi logam —khususnya nikel — yang diproduksi dengan standar ramah lingkungan.

(dov/wdh)

No more pages