Logo Bloomberg Technoz

Vale Blak-blakan Prospek ‘Nikel Hijau’ Masa Depan, Bakal Laku?

Dovana Hasiana
09 October 2024 12:10

Tungku matte penyadapan bijih di pabrik pengolahan yang dioperasikan oleh PT Vale Indonesia di Sorowako./Bloomberg-Dimas Ardian
Tungku matte penyadapan bijih di pabrik pengolahan yang dioperasikan oleh PT Vale Indonesia di Sorowako./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memproyeksikan nikel hijau atau green nickel bakal membutuhkan waktu agar transaksinya di pasar terbuka (open market) seperti London Metal Exchange (LME) bisa likuid secara volume. 

Namun, Chief of Sustainability and Corporate Affairs Officer Vale Bernardus Irmanto menggarisbawahi negosiasi penjualan nikel hijau tetap bisa dilakukan secara business to business (B2B).

“Misalkan Vale nanti untuk proyek baru, kemudian; ‘Saya kan sudah berusaha produksi nikel secara green’, kemudian bisa dinegosiasikan; ‘Kamu kasih [harga] premium lah’, itu bisa. Namun, kalau mengikuti open market, harus menunggu waktu sampai volume benar-benar likuid,” ujar Bernardus saat ditemui di Jakarta Pusat, dikutip Rabu (9/10/2024). 

Bernardus menggarisbawahi sudah banyak usulan dari penambang ihwal pembentukan indeks khusus untuk nikel hijau di LME. Namun, LME menilai bahwa volume nikel hijau yang akan masuk ke indeks tersebut tidak likuid. Walhasil, LME menawarkan platform lain, Metalshub, untuk bertransaksi nikel hijau. 

Blok Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) di fasilitas pengolahan nikel Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara./Bloomberg-Dimas Ardian

Dengan demikian, kata Bernardus, Metalshub akan listing nikel-nikel yang masuk kategori nikel hijau, agar penambang yang menawarkan nikel hijau bisa masuk ke platform tersebut.