Logo Bloomberg Technoz

Dimintai konfirmasi secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian (AP31) Haykal Hubeis ancaman kebangkrutan smelter di China bisa menjadi peluang bagi Indonesia.

Haykal mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan momentum untuk mengolah konsentrat tembaga domestik tanpa bergantung pada keharusan untuk ekspor ke China.

“Indonesia bahkan berpotensi melakukan perluasan ekspor produk tembaga olahan ke pasar global,” ujarnya.

Gelombang investasi smelter baru di China dan tempat lain telah membuat pabrik-pabrik pengolahan tembaga di dunia bersaing ketat dalam menemukan bijih yang cukup untuk mengisi tungku mereka. Hal itu berarti penambang dapat memperoleh persyaratan pasokan yang makin menarik.

Dalam sebuah percakapan pribadi, eksekutif senior industri pertambangan dan smelter yang menghadiri London Metal Exchange (LME) Week tahunan pekan lalu mengatakan kemungkinan biaya pemrosesan utama akan turun ke tingkat di mana pabrik peleburan akan kesulitan untuk menghasilkan laba.

Untuk diketahui, perusahaan smelter biasanya memperoleh sebagian besar keuntungan mereka dari biaya pemrosesan yang dipotong dari biaya konsentrat, bijih yang sebagian diproses yang mereka beli dari para penambang.

Industri menyetujui patokan untuk biaya perawatan dan pemurnian (TC/RC) pada kuartal keempat setiap tahun — biaya tersebut digunakan sebagai referensi untuk kontrak pasokan jangka panjang, sementara penjualan ad hoc lainnya sepanjang tahun diberi harga berdasarkan kondisi pada saat itu.

Peningkatan tekanan pada pasokan bijih tembaga telah menyebabkan kesenjangan yang lebar antara patokan tahun lalu — yang ditetapkan sebesar US$80 per ton bijih dan 8 sen per pon logam yang terkandung — dan ketentuan yang disetujui dalam transaksi spot.

Dalam jajak pendapat yang melibatkan lebih dari dua lusin penambang, pedagang, dan peleburan; responden yang memberikan perkiraan mengatakan bahwa patokan tersebut kemungkinan akan disepakati antara US$20 dan US$40 per ton dan 2 sen hingga 4 sen per pon.

Beberapa responden menyarankan bahwa negosiasi tersebut dapat menyebabkan kegagalan sistem patokan, momen yang berpotensi menentukan bagi industri tersebut.

Tahun ini, patokan tersebut diharapkan akan dinegosiasikan dengan perusahaan tambang Chili Antofagasta Plc, yang sebelumnya cenderung melakukan negosiasi yang lebih alot daripada pesaingnya dari Amerika, Freeport-McMoRan Inc.

Freeport telah sering menetapkan patokan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi akan memiliki lebih sedikit konsentrat untuk dijual tahun depan setelah membangun smelter tembaga baru di Indonesia.

(dov/wdh)

No more pages