Harga tembaga turun ke level terendah dalam hampir dua pekan akibat aksi jual tajam di seluruh pasar logam dasar, menyusul kekecewaan investor akibat kegagalan China menggelontor stimulus untuk memacu ekonominya.
Tembaga diperdagangkan di US$9.929,50 per ton di London Metal Exchange (LME) pada penutupan Selasa (8/10/2024). Angka itu merosot 0,14% secara harian
Dilaporkan Bloomberg, smelter tembaga di China dan banyak negara lainnya memperingatkan adanya ancaman penyetopan operasi, atau bahkan gulung tikar, jika biaya atau fee untuk pemrosesan logam industri tersebut terus turun terlalu tajam.
Gelombang investasi smelter baru di China dan tempat lain telah membuat pabrik-pabrik pengolahan tembaga di dunia bersaing ketat dalam menemukan bijih yang cukup untuk mengisi tungku mereka. Hal itu berarti penambang dapat memperoleh persyaratan pasokan yang makin menarik.
Dalam sebuah percakapan pribadi, eksekutif senior industri pertambangan dan smelter yang menghadiri London Metal Exchange (LME) Week tahunan pekan lalu mengatakan kemungkinan biaya pemrosesan utama akan turun ke tingkat di mana pabrik peleburan akan kesulitan untuk menghasilkan laba.
Gelombang penutupan pabrik peleburan atau smelter dapat mengubah peta pasokan tembaga olahan global di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang dominasi China atas mineral-mineral penting.
Tidak hanya itu, setelah setahun di mana pasar tembaga olahan mengalami kelebihan pasokan, bahkan ketika para penambang berjuang untuk meningkatkan produksi, tekanan pada bisnis smelter kemungkinan akan menghambat pasokan tembaga olahan — seperti yang diharapkan sebagian orang bahwa stimulus yang baru diumumkan China akan memicu konsumsi.
(wdh)