Logo Bloomberg Technoz

Penguatan rupiah pada Rabu pagi adalah berkat angin segar dari pasar global yang menarik nafas lega menyaksikan penurunan tensi ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Harga minyak turun di bawah US$80 per barel untuk jenis minyak Brent, memicu rebound di pasar obligasi global.

Selain itu, pengumuman stimulus ekonomi China kemarin yang sedikit mengecewakan pasar, membuat aset emerging market masih menjadi buruan para investor global. Dana pemodal dunia tertahan masuk ke China.

IHSG pagi ini dibuka naik dan kini menguat di kisaran 7.584. Sementara di pasar surat utang domestik, terlihat yield Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas turun mengindikasikan ada rebound harga mengikuti tren pasar global. 

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 9 Oktober 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi bangkit setelah tekanan di pasar sedikit mereda jelang tutup perdagangan kemarin.

Rupiah berpotensi menguat ke resistance terdekat di level Rp15.620/US$. Sedangkan resistance potensial selanjutnya menuju Rp15.600/US$, dan terdapat Rp15.550/US$ sebagai level paling optimistis penguatan rupiah dengan time frame daily.

Selanjutnya nilai rupiah memiliki level support pada level Rp15.680/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support psikologis pada level Rp15.700/US$, dan Rp15.750/US$ yang makin menjauhi MA-50.

Hari ini, pelaku pasar akan mencermati publikasi Survei Perdagangan Eceran yang akan dilansir oleh Bank Indonesia. Data itu akan memberi gambaran lebih jelas apakah kemerosotan daya beli yang dikhawatirkan berlangsung semakin dalam atau ada kebangkitan. Kemarin hasil Survei Konsumen memotret persepsi masyarakat yang lebih pesimistis memandang kondisi perekonomian ke depan.

Pasar juga akan mencermati pernyataan Presiden terpilih Prabowo Subianto yang dijadwalkan memberikan Vision Statemen dalam acara BNI Investor Summit. 

Sementara dari luar negeri, para investor menunggu rilis risalah rapat FOMC The Fed bulan September ketika keputusan historis penurunan 50 bps dilakukan Jerome Powell dan kolega. Perkembangan di China juga masih akan jadi sorotan setelah kemarin otoritas setempat mengecewakan pasar yang berharap akan ada pengumuman paket stimulus lebih besar. 

(rui)

TAG

No more pages

Artikel Terkait