Faktor kedua adalah perkembangan di China. Usai libur panjang Golden Week, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) memberikan pernyataan seputar ekonomi Negeri Tirai Bambu,
Namun dalam pernyataan itu tidak disebutkan bahwa pemerintahan Presiden Xi Jinping bakal merilis paket stimulus baru untuk menggairahkan perekonomian. Tidak ada komitmen baru untuk meningkatkan belanja negara,
"Ada pembicaraan bahwa NDRC mungkin mengumumkan stimulus triliunan yuan, tetapi tidak ada sama sekali," kata Hang Jiang, kepala perdagangan di Yonggang Resources Co dari Shanghai, seperti diberitakan Bloomberg News.
Investor "kecewa" setelah menempatkan harapan tinggi pada pengarahan NDRC, kata Jia Zheng, kpala perdagangan di Shanghai Soochow Jiuying Investment Co.
Padahal stimulus diharapkan mampu mengangkat performa industri dan konsumsi rumah tangga di China. Sesuatu yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan energi, dan juga batu bara.
Perlu diingat bahwa China adalah konsumen dan importir batu terbesar dunia. Jadi apa yang ada di sana akan sangat mempengaruhi pembentukan harga.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih bergerak di zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 66,03. RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun perlu dicatat, indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 100. Paling tinggi, sangat jenuh beli (overbought).
Alhasil, harga batu bara berisiko turun lagi. Ada kemungkinan harga batu bara akan menguji Moving Average (MA) 5 di US$ 143/ton. Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 141/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Adapun target resisten terdekat adalah US$ 153/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara naik lagi menuju US$ 155/ton.
(aji)