Logo Bloomberg Technoz

Hari ini, pelaku pasar akan mencermati publikasi Survei Perdagangan Eceran yang akan dilansir oleh Bank Indonesia. Data itu akan memberi gambaran lebih jelas apakah kemerosotan daya beli yang dikhawatirkan berlangsung semakin dalam atau ada kebangkitan. Kemarin hasil Survei Konsumen memotret persepsi masyarakat yang lebih pesimistis memandang kondisi perekonomian ke depan.

Pasar juga akan mencermati pernyataan Presiden terpilih Prabowo Subianto yang dijadwalkan memberikan Vision Statemen dalam acara BNI Investor Summit. 

Sementara dari luar negeri, para investor menunggu rilis risalah rapat FOMC The Fed bulan September ketika keputusan historis penurunan 50 bps dilakukan Jerome Powell dan kolega. Perkembangan di China juga masih akan jadi sorotan setelah kemarin otoritas setempat mengecewakan pasar yang berharap akan ada pengumuman paket stimulus lebih besar. 

Namun, data penjualan selama libur panjang Golden Week yang ternyata lesu, memberi harapan bahwa stimulus lebih besar akan disiapkan oleh pemerintah Tiongkok.

Warga China membelanjakan lebih sedikit uang ketika libur panjang Golden Week, mengisyaratkan perlu stimulus lebih besar di perekonomian (Bloomberg)

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China melaporkan, jumlah perjalanan selama liburan Golden Week naik 10,2% dibandingkan 2019, akan tetapi pengeluaran hanya meningkat 7,9%. Itu berarti, pengeluaran per perjalanan sebenarnya turun 2,1% dibandingkan lima tahun lalu, berdasarkan perhitungan Bloomberg dari data kementerian.

Namun, pengeluaran harian rata-rata mencapai sekitar 131 yuan per perjalanan, naik dari 113 yuan selama liburan Hari Buruh di bulan Mei.

"Pengeluaran pariwisata per kapita yang rendah dan harga layanan yang lemah menyoroti lemahnya permintaan domestik dan berlanjutnya penurunan konsumsi," kata ekonom Goldman Sachs Group Inc, termasuk Lisheng Wang, dalam sebuah catatan.

Itu menjadi indikator awal tentang dampak langkah-langkah stimulus pemerintah terhadap keyakinan konsumen, setelah berbagai upaya sebelumnya gagal menghentikan perlambatan ekonomi. Paket stimulus itu mendorong kenaikan signifikan di pasar saham China, meski masih ada kekhawatiran bahwa lebih banyak tindakan diperlukan untuk mendorong pemulihan permintaan secara berkelanjutan.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi bangkit setelah tekanan di pasar sedikit mereda jelang tutup perdagangan kemarin.

Rupiah berpotensi menguat ke resistance terdekat di level Rp15.620/US$. Sedangkan resistance potensial selanjutnya menuju Rp15.600/US$, dan terdapat Rp15.550/US$ sebagai level paling optimistis penguatan rupiah dengan time frame daily.

Selanjutnya nilai rupiah memiliki level support pada level Rp15.680/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support psikologis pada level Rp15.700/US$, dan Rp15.750/US$ yang makin menjauhi MA-50.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 9 Oktober 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Lelang sukuk sepi

Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara kemarin berlangsung sepi, terseret sentimen pasar yang cenderung muram oleh aksi jual yang menekan harga obligasi di pasar domestik sejak awal pekan

Lelang sukuk negara mencatat incoming bids sebesar Rp14,86 triliun, anjlok 54% dibanding penawaran masuk dalam lelang sukuk akhir bulan lalu.

Dalam lelang kemarin, para investor mengerek permintaan tingkat imbal hasil untuk mayoritas tenor yang dilelang. Sebagai contoh, untuk sukuk tenor pendek yakni PBS032, jatuh tempo tahun 2026, mencatat penawaran yield tertinggi hingga 6,65%, naik tajam dibanding lelang sebelumnya sebesar 6,39%.

Investor banyak menyerbu PBS038 (jatuh tempo tahun 2049) dan PBS030 (jatuh tempo tahun 2028) dengan incoming bids masing-masing Rp3,62 triliun dan Rp2,26 triliun.

Karena lelang sepi dan permintaan yield makin tinggi, yang akan membuat cost of fund pembiayaan negara makin mahal, pemerintah akhirnya hanya menyerap Rp7,75 triliun dari incoming bids. Angka itu di bawah target indikatif yang ditetapkan Rp8 triliun.

(rui)

No more pages