Melalui penyempurnaan rantai produksi baterai litium, tidak kurang dari 3 juta unit kendaraan listrik di seluruh dunia akan dipenuhi kebutuhan baterai litiumnya oleh industri di Indonesia.
Luhut mengatakan pabrik tersebut juga akan memberikan dampak signifikan bagi masyarakat setempat dengan penciptaan lebih dari 2.000 lapangan kerja, di mana 92% di antaranya diisi oleh tenaga kerja lokal.
Selain pabrik katoda LFP tersebut, Indonesia juga tengah menjajaki peluang kerja sama hilirisasi tembaga untuk bahan baku baterai EV.
Dalam kaitan itu, PT Industri Baterai Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan Nuode Investment Co Ltd (Nuode) dan China Hualong International Construction Corporation (SINORON).
Kerja sama bertujuan mendorong program penghiliran atau hilirisasi tembaga terutama dalam hal penggunaan katoda tembaga sebagai bahan baku dari lembaran tembaga (copper foil) untuk anoda baterai dan PCB elektronik.
Lingkup kerja sama dalam MoU ini meliputi a.l. studi bersama terkait dengan potensi pasar dari copper foil untuk baterai lithium-ion dan PCB; penjajakan pasokan katoda tembaga dan asam sulfat; penjajakan rencana investasi pembentukan JV copper foil untuk baterai dan elektronik PCB.
“Rencana kerja sama ini merupakan upaya IBC dalam mengembangkan ekosistem new energy materials untuk baterai, yaitu copper foil yang merupakan salah satu komponen penting dalam anoda baterai. Diharapkan bahan baku dari copper foil, yaitu katoda tembaga dapat disuplai oleh smelter PT Freeport Indonesia yang baru saja diresmikan oleh Presiden [Joko Widodo] pada 23 September 2024,” ujar Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia Toto Nugroho dalam siaran pers, dikutip Rabu (2/10/2024).
Direktur Operasi dan Pengembangan Usaha PT Industri Baterai Indonesia Jeffrie N. Korompis menyampaikan rencana kerjasama IBC dengan Nuode ini merupakan salah satu strategi onshoring IBC untuk mengembangkan ekosistem baterai nasional.
(red/wdh)