1. Budi Hartono
Sampai dengan data terbaru, Budi Hartono berhasil menduduki posisi teratas dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Ia juga berhasil meraih peringkat ke-81 sebagai orang terkaya di dunia.
Kekayaan amat jumbo Budi Hartono berasal dari kepemilikan bisnisnya di Grup Djarum, yang juga berasal dari bisnis yang dikendalikannya lewat perusahaan induk Dwimuria Investama Andalan.
Berdasarkan data Bloomberg, melalui perusahaan induk tersebut, Budi Hartono menggenggam 29% saham Bank Central Asia (BBCA). Kekayaannya juga berasal dari jalannya bisnis operator menara telekomunikasi Sarana Menara Nusantara (TOWR) melalui Sapta Adhikari Investama.
Budi Hartono juga menggenggam saham Global Digital Niaga (BELI), perusahaan yang mengendalikan e-commerce Blibli.
Adapun aset-aset kekayaan Budi Hartono saat ini ditempatkan di sejumlah saham, yaitu saham BBCA mencapai US$24,1 miliar (Rp377,75 triliun), saham BELI senilai US$1,3 miliar (Rp20,37 triliun), dan juga pada saham TOWR sejumlah US$838,3 juta (Rp13,14 triliun).
Budi Hartono saat ini memiliki jumlah kekayaan mencapai US$24,5 miliar (Rp383,75 triliun).
Yang menarik, sejak awal tahun kekayaan Budi Hartono terus bertambah hingga 6,5% atau mengalami kenaikan nilai mencapai US$1,5 miliar (Rp23,51 triliun) hingga menjadikannya orang nomor satu terkaya di Tanah Air.
2. Prajogo Pangestu
Prajogo Pangestu berada di peringkat ke-2 orang terkaya di Indonesia, sekaligus menjadi orang terkaya ke-85 di dunia. Jumlah kekayaannya terbilang US$23,9 miliar (Rp374,62 triliun).
Prajogo Pangestu merupakan pemilik dan bos dari grup Barito Pacific, yang merupakan perusahaan petrokimia dan energi panas bumi, salah satu yang terbesar dan jadi unggulan di Indonesia. Perusahaan yang berbasis di Jakarta ini juga menguasai pembangkit tenaga listrik ternama.
Berdasarkan data Bloomberg, kekayaannya juga berasal dari grup yang mencakup perusahaan terpandang lainnya, seperti Chandra Asri Petrochemical (Saham TPIA) dan Barito Renewables Energy (BREN).
Prajogo Pangestu menggenggam 70,90% saham BRPT secara langsung. Dia juga memiliki 5,06% saham Chandra Asri Petrochemical, yang tercatat langsung atas namanya.
Selain itu, Prajogo menguasai 84,97% saham Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) yang berjaya usai melangsungkan IPO pada Maret tahun lalu. Ia juga menguasai langsung dan tidak langsung saham Barito Renewables Energy (BREN) yang listing pada Oktober 2023.
Prajogo saat ini memiliki jumlah kekayaan mencapai US$23,9 miliar (Rp374,62 triliun). Harta itu sejatinya anjlok 22,9% sejak awal tahun 2024, menguap mencapai US$7,1 miliar (Rp111,28 triliun).
Sejalan dengan hilangnya kekayaan di atas kertas tersebut, pamor orang terkaya juga tergeser posisinya menjadi peringkat ke-2 berdasarkan data terbaru Bloomberg Billionaires (Rich) Index.
3. Low Tuck Kwong
Low Tuck Kwong merupakan pemilik salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia, Bayan Resources (BYAN).
Ia menempati peringkat ke-86 orang terkaya di seluruh dunia, meskipun kekayaannya menguap US$4,3 miliar (Rp67,4 triliun), yang sama dengan kehilangan 15,2% point-to-point hingga ada di angka kekayaan US$23,8 miliar (Rp373,05 triliun).
Berdasarkan data Bloomberg, sumber kekayaan Low Tuck Kwong berasal dari perusahaan di bidang energi baru terbarukan yang berfundamental di Singapura, Metis Energy yang sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan Manhattan Resources.
Melalui berbagai perusahaan, Low Tuck Kwong menggenggam penuh 62% saham Bayan Resources (BYAN). Kekayaannya juga berasal dari perusahaan penyedia jasa penambangan, Samindo Resources (MYOH) dengan jumlah kepemilikan saham mencapai 14,18% atas namanya langsung.
4. Michael Hartono
Posisi orang terkaya ke-4 di Indonesia diduduki oleh saudara Budi, yaitu Michael Hartono yang juga pemilik Grup Djarum. Kekayaannya yang menyentuh US$23,4 miliar (Rp366,52 triliun) menempatkan Michael di urutan 88 orang terkaya di dunia versi Bloomberg Billionaires Index.
Bersama dengan saudaranya, kekayaan Michael juga berasal dari bisnis yang disetir melalui perusahaan induk di Indonesia melalui Dwimuria Investama Andalan.
Melalui perusahaan induk, Michael menggenggam 28% saham Bank BCA, yang merupakan bank swasta terbesar di Indonesia dengan nilai total aset mencapai Rp1.444 triliun. Selain itu, Michael juga merupakan pemilik atas operator menara telekomunikasi TOWR melalui Sapta Adhikari Investama, dengan mempunyai 29% saham.
Adapun sejak awal tahun, harta Michael bertambah US$1,6 miliar (Rp25,06 triliun) atau meningkat 7,5% menjadi US$23,4 miliar (Rp366,52 triliun).
Dengan nominal itu, kekayaan Michael amat solid dan unggul dari jumlah harta kekayaan Sukanto Tanoto, Anthoni Salim, dan juga Sri Prakash Lohia.
5. Sukanto Tanoto
Sukanto Tanoto merupakan pendiri Royal Golden Eagle, sebuah konglomerat manufaktur yang memiliki aset lebih dari US$35 miliar, berdasarkan data Bloomberg.
Grup yang berbasis di Singapura ini memiliki perkebunan kelapa sawit dan kayu, fasilitas gas alam, dan pabrik tekstil. Kantor keluarga Tanoto, Pacific Eagle, juga memiliki properti di London, Singapura, Shanghai, dan Munich.
Dengan berbagai aset dan sumber kekayaan tersebut, Sukanto berhasil menempati peringkat ke-103 orang terkaya di seluruh dunia, meskipun kekayaannya menguap US$1,4 miliar (Rp21,92 triliun), yang terpangkas 6,4% ptp hingga di angka kekayaan US$20,7 miliar (Rp324,23 triliun).
Sumber kekayaan Sukanto berasal dari berbagai perusahaan, seperti Apical, yang bergerak di perdagangan minyak sawit, dan Sateri, perusahaan yang memproduksi serat viscose,
Yang menarik, Vinda International Holdings Limited, perusahaan kebersihan unggulan di Asia yang memproduksi dan menjual produk-produk kebersihan sekaligus perusahaan popok dan tisu berbasis di Hong Kong, bersiap untuk menyelesaikan pengambilalihan oleh Royal Golden Eagle milik konglomerat Indonesia, Sukanto. Hingga saat ini perusahaan-perusahaan tersebut menjadi sumber pundi-pundi kekayaannya.
Sukanto juga menggarap proyek LNG di Kanada melalui Woodfibre, menyusul juga dari Asia Symbol—grup produk kehutanan yang berbasis di Tiongkok, lalu Nova Shipping, Bracell, perusahaan yang memproduksi pulp kayu larut, dan April, produsen produk kehutanan.
Sumber kekayaannya juga bersumber dari Pacific Eagle—bagian dari grup perusahaan Royal Golden Eagle di pasar real estat. Bisnisnya juga mencakup Pacific Energy, dengan Pacific Oil & Gas (PO&G), perusahaan pengembangan sumber daya energi independen yang hemat biaya dan berkelanjutan untuk lingkungan hidup, berdasarkan situs webnya.
Kesimpulannya, Sukanto merupakan pendiri dan chairman RGE, kelompok perusahaan global di bidang manufaktur berbasis sumber daya. Melalui berbagai perusahaan, kelompok bisnis ini mencakup empat bidang operasional utama dan telah mempekerjakan lebih dari 80.000 karyawan.
6. Anthoni Salim
Pemilik Grup Indofood, Anthoni Salim bertengger pada urutan ke-6 orang terkaya di Indonesia, dan merupakan pemilik urutan 170 orang terkaya di dunia.
Kekayaannya mencapai sebesar US$13,8 miliar (Rp216,15 triliun). Adapun dalam tahun berjalan, nilai kekayaannya bertambah signifikan mencapai US$3,8 miliar (Rp59,52 triliun) atau sama dengan kenaikan 37,8% ytd.
Grup Indofood merupakan perusahaan pembuat mie instan terbesar di Indonesia. Anthoni juga memiliki saham di First Pacific, Gallant Venture, Bank Ina, dan jaringan bisnis ritel pada Indoritel Makmur.
Mayoritas kekayaan Anthoni berasal dari kepemilikannya di Amman Mineral Internasional (AMMN), perusahaan pertambangan tembaga dan emas terkemuka di dunia, yang dipegangnya melalui Sumber Gemilang dan Pesona Sukses.
Mencermati lebih jauh, Anthoni memegang 24% saham Sumber Gemilang Persada, yang juga memegang 32,17% saham Amman. Dia juga memiliki 100% saham Persona Sukses, yang memegang 6,52% saham Amman Mineral.
Jumlah kekayaan Anthoni yang meningkat amat cepat tersebut merupakan efek dari kenaikan harga saham AMMN yang menghasilkan peningkatan valuasi sekitar US$6 miliar dalam catatan Net Worth Analysis.
7. Sri Prakash Lohia
Sepanjang tahun berjalan sampai dengan 8 Oktober 2024, harta pemilik perusahaan grup Indorama ini bertumbuh US$1,6 miliar (Rp25,06 triliun), meningkat 22,2% hingga menjadi US$9,1 miliar atau setara dengan Rp142,54 triliun.
Dengan harta sebesar itu, Sri Prakash Lohia menempati urutan ke-310 orang terkaya di dunia, dan ke-7 di Indonesia.
Grup Indorama merupakan perusahaan induk yang berbasis di Singapura, yang mempunyai bisnis pada tekstil, polyester, sarung tangan medis dan benang, juga bahan kimia industri, meliputi pupuk. Grup Indorama telah berhasil mengoperasikan manufaktur mencapai 35 negara.
Sri Prakash Lohia mempunyai 32% saham dari Indorama Ventures yang berkedudukan di Bangkok melalui perusahaan induk, menurut laman resmi perusahaan. Ia juga menggenggam 92% saham perusahaan polyester Indorama Synthetics melalui perusahaan induk, menurut data pada Agustus 2024.
(fad/ros)