Menurut sejumlah laporan penyerangan, invasi rumah, dan penjarahan juga terjadi selama pertempuran berlangsung. Kedutaan Besar AS menyarankan warganya untuk tidak mendatangi kedutaan, dan tetap di dalam rumah dan berlindung di tempat sampai pemberitahuan lebih lanjut.
“Karena situasi keamanan yang tidak pasti di Khartoum dan penutupan bandara, saat ini tidak aman untuk melakukan evakuasi warga negara AS yang dikoordinasikan oleh pemerintah AS,” kata kedutaan dalam sebuah pernyataan di situs webnya.
Beberapa pesawat militer dari negara-negara termasuk AS dan Kanada sedang dalam perjalanan ke Djibouti, yang terletak di tenggara Sudan tetapi tidak berbatasan dengannya, pada Sabtu malam, menurut situs web pelacak pesawat Flightradar24. Bloomberg tidak dapat memverifikasi apakah mereka akan digunakan untuk evakuasi.
Dua diplomat, yang berbicara tanpa menyebut nama karena mereka tidak berwenang untuk berkomentar, mengatakan perjalanan aman warga negara asing masih dinegosiasikan dan tentara mungkin menggunakan proses tersebut untuk memoles citranya. Salah satu diplomat mengatakan konvoi terlihat bergerak menuju bandara internasional di Khartoum dan beberapa staf PBB dan warga negara dari beberapa negara ikut serta. Seorang juru bicara pemerintah Inggris mengatakan situasinya "sangat memprihatinkan".
Filipina menghadapi "masalah besar" dalam mengevakuasi ratusan warga negaranya yang terperangkap di Sudan, kata Presiden Ferdinand Marcos Jr., Sabtu.
“Bandara tidak ada yang berfungsi. Mereka masih diserang,” kata Marcos. “Juga, kami tidak dapat memastikan rute darat yang aman bagi mereka untuk pergi. Jalan yang panjang dari Khartoum ke Kairo, tempat kedutaan Filipina berada, katanya.
Menurut data WHO, Sedikitnya 413 orang tewas dalam pertempuran itu dan hampir 3.551 orang terluka, dan banyak orang kekurangan makanan, air, dan kebutuhan pokok lainnya. Meskipun pertempuran telah mereda sejak gencatan senjata disepakati pada hari Jumat, suara tembakan dan ledakan sporadis masih terdengar di Khartoum.
Jalan-jalan kota sebagian besar sepi pada hari Sabtu dan beberapa daerah berserakan dengan mayat. Sekitar 90% rumah sakit tidak lagi beroperasi. Banyak warga mengatakan mereka ragu gencatan senjata akan berlaku dan sebagian besar dari mereka yang berani keluar mencoba untuk pindah ke negara bagian tetangga.
Baik tentara maupun RSF saling menuduh menggunakan gencatan senjata untuk mempersenjatai kembali dan membawa bala bantuan ke Khartoum.
Konflik tersebut merupakan puncak dari perjuangan yang membara antara militer Sudan dengan RSF. Pertempuran ini juga memupus harapan Sudan untuk kembali ke pemerintahan sipil setelah kudeta tahun 2021.
(bbn)