Sedangkan beberapa mata uang Asia masih menguat yaitu yuan offshore naik 0,25%, dolar Taiwan 0,10% dan peso serta dolar Singapura masing-masing 0,09% dan 0,08%.
Pada pukul 09:14 WIB, rupiah sedikit naik ke Rp15.678/US$, menguat tipis 0,01%.
Secara teknikal nilai rupiah hari ini berpotensi melanjutkan tren pelemahan, setelah kemarin terkontraksi dengan cepat break support kuat dari MA-50. Koreksi rupiah hari ini menuju area Rp15.700 sampai dengan support Rp15.750/US$.
Trendline channel sebelumnya jebol dan tertembus, saat ini menjadi level resistance terdekat pada Rp15.650/US$.
Apabila pelemahan kembali berlanjut dengan tekanan dan volume yang tinggi, ada trendline garis kuning dan MA-200 pada level Rp15.800/US$ akan menjadi support paling krusial, bersama dengan Rp15.810/US$.
Sementara bila terjadi penguatan, ada level resistance di Rp15.600-Rp15.550/US$.
Ketidakpastian meningkat
Investor masih terus melepas surat utang AS, Treasury, hingga yield tenor 10 tahun kembali melesat di posisi 4,03% pada perdagangan Senin kemarin.
Sedangkan tenor pendek 2 tahun sudah sangat dekat dengan 4%. Para investor semakin kuat mempertimbangkan bahwa boleh jadi tidak ada penurunan bunga acuan The Fed pada November nanti.
Indeks volatilitas VIX, yang menjadi barometer ketakutan Wall Street, melonjak ke level tertinggi dua bulan. Dengan kata lain, tensi ketidakpastian kembali tinggi.
Hari ini, pasar modal China kembali dibuka setelah libur panjang Golden Week. Sebelum libur itu dimulai awal bulan lalu, bursa saham China melompat tajam hingga 10% menyusul euforia pasar global menyambut rencana stimulus besar-besaran yang disiapkan oleh otoritas setempat untuk mengungkit ekonomi.
Paket stimulus itu mengangkat saham-saham China sehingga terindikasi dana global tersedot ke Negeri Panda, termasuk dana asing di pasar domestik. Alhasil, sentimen China bisa semakin memberatkan kontes perebutan modal global di banyak negara.
Indonesia dalam posisi membutuhkan dana asing lebih banyak seperti yang terjadi pada Agustus-September lalu hingga bisa mengangkat nilai rupiah lebih kuat. Namun, arah angin sepertinya sudah berbalik. Sentimen China ditambah pupus harapan akan penurunan bunga acuan AS lebih banyak di sisa tahun, menjadi kombinasi yang buruk bagi pamor aset-aset di Indonesia.
Mengacu data Bloomberg sampai 7 Oktober, posisi modal asing sudah mencatat net outflows senilai US$164,9 juta selama Oktober ini. Berkebalikan dengan bulan sebelumnya yang masih membukukan net inflows US$1,41 miliar dan senilai US$3,67 miliar selama kuartal III saja.
(rui)