Logo Bloomberg Technoz

Ketegangan di Timur Tengah yang meningkat membuat harga si emas hitam terangkat. Maklum, Timur Tengah adalah penghasil dua pertiga pasokan minyak dunia.

Saat harga minyak naik, maka keuntungan untuk beralih ke bahan bakar nabati akan meningkat. CPO adalah salah satu bahan baku pembuat bahan bakar nabati.

Dua, nilai tukar mata uang ringgit Malaysia melemah. Kemarin, ringgit terdepresiasi 1,49% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Ketika mata uang Negeri Harimau Malaya melemah, maka CPO akan lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya. Ini juga akan meningkatkan permintaan CPO.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO mantap di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 70,62.

RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun, investor juga perlu waspada karena RSI di atas 70 juga menjadi sinyal jenuh beli (overbought).

Kondisi overbought juga nampak di indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh 100. Sudah paling tinggi, sangat jenuh beli.

Oleh karena itu, bukan tidak mungkin harga CPO akan terkoreksi. Target support terdekat ada di MYR 4.326/ton. Jika tertembus, maka MYR 4.308 bisa menjadi target selanjutnya.

Sementara target resisten terdekat adalah MYR 4,374/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga CPO naik lagi menuju MYR 4.384/ton.

Namun, pelaku pasar perlu hati-hati karena MYR 4,384/ton sekaligus merupakan pivot point. Dari sini, risiko koreksi menjadi sangat terbuka.

(aji)

No more pages