Nilai kekayaan itu masih bisa berkurang. Terlebih, harga saham Barito Renewables Energy (BREN) masih mengalami degradasi amat dalam, hingga menyentuh 3% di sepanjang hari.
Kemerosotan signifikan harga saham BREN yang tengah terjadi milik Prajogo dalam sebulan perdagangan, atau 30 hari mencapai 36,34%, merupakan kejatuhan harga paling parah berturut-turut, yang terjadi usai saham BREN didepak dan batal masuk Indeks FTSE Russell.
Sampai dengan penutupan perdagangan Sesi II siang hari ini pada 7 Oktober, harga saham Energi Baru Terbarukan tersebut ambles 2,88% secara point-to-point ke posisi Rp6.750/saham.
Seperti diketahui bersama, Prajogo Pangestu merupakan pemilik juga petinggi Barito Pacific Group, yang merupakan Perusahaan di bidang energi yang mentransformasi beragam industri terbesar di Indonesia.
Data Bloomberg menunjukan, Prajogo menggenggam 66.854.606.765 saham atau setara dengan 70,90% saham BRPT langsung.
Kenaikan Harta Kekayaan Budi Hartono
Tahta Budi Hartono di peringkat teratas terjadi setelah harta kekayaannya melonjak 9,7% di sepanjang tahun 2024, atau melesat US$2,2 miliar (Rp34,53 triliun) dari sebelumnya.
Pundi-pundi kekayaan Budi Hartono yang menguat signifikan tersebut merupakan efek positif dari fundamental yang amat kokoh di sepanjang 2024 bagi saham perbankan, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Adapun sampai dengan perdagangan Sesi II hari ini, harga saham BBCA telah berhasil terbang 9,57% ytd ke posisi Rp10.300/saham.
Sebagai gambaran, kekayaan Budi Hartono berasal dari kepemilikannya di Grup Djarum, yang juga berasal dari bisnis yang dikendalikannya lewat perusahaan induk Dwimuria Investama Andalan.
Melalui perusahaan induk tersebut, berdasarkan data Bloomberg, Budi Hartono mengantongi 29% saham Bank Central Asia (BBCA).
Berikut daftar 6 orang terkaya di Indonesia berdasarkan data Bloomberg Billionaires (Rich) Index dilihat pada 7 Oktober 2024
- Budi Hartono - US$25,2 miliar (Rp395,54 triliun)
- Prajogo Pangestu - US$24,6 miliar (Rp386,12 triliun)
- Michael Hartono - US$24,2 miliar (Rp379,84 triliun)
- Low Tuck Kwong - US$24 miliar (Rp376,7 triliun)
- Sukanto Tanoto - US$20,7 miliar (Rp324,91 triliun)
- Anthoni Salim - US$13,9 miliar (Rp218,17 triliun)
- Sri Prakash Lohia - US$9 miliar (Rp141,26 triliun)
(fad/aji)