Logo Bloomberg Technoz

Epidemiolog Dicky Budiman menjelaskan PCR reaction ini adalah metode yang digunakan untuk memperbanyak materi genetik, dari DNA/RNA dalam sampel sehingga bisa dianalisis dengan lebih mudah.

Dalam konteks Covid-19 PCR ini digunakan untuk mendeteksi RNA dari virus SARS-CoV2, penyebab Covid-19, karena RNA virus ini spesifik, maka PCR adalah metode yang sangat akurat dan sensitif, untuk mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV2 itu. Bahkan, virus didalam tubuh masih cukup rendah.

"Nah, bagaiamana PCR bekerja dalam Covid-19 pertama pengambilan sampel. Sampel diambil [dari] saluran napas. Biasanya melalui swab nasofaring atau juga ekstraksi RNA dari virus SARS-Cov2, yang diambil dari virus sampel tersebut ya tadi. Kemudian, ketiga amplifikasi melalui proses amplifikasi berulang RNA virus ini diperbanyak, menggunakan enzim sehingga diindentifikasi dengan jelas,"jelasnya.

"Keempat, deteksi, jadi setelah RNA jadi diperbanyak mesin PCR Ini, bisa mendeteksi keberadaan gen spesifik virus sehingga berikan hasil apakah seseorang itu terinfeksi atau tidak," tambahnya.

Tes PCR ini diketahui oleh berbagai organisasi kesehatan dunia, termasuk WHO, CDC, sebagai gold standard atau standar emas untuk mendeteksi infeksi Covid-19. 

Dampak Klaim PCR digunakan tes acid dosis

Epidemiolog mengatakan informasi tes PCR diklaim untuk acid dosis bisa mengubah mengurangi kepercayaan publik terhadap alat atau metode medis yang sudah terbukti efektif menangani pandemi.

"Nanti orang enggak percaya tes PCR bisa menjadi ragu orang tes covid. Bisa berpotensi merugikan karena menyebarkan virus lebih luas tanpa terdeteksi, karena masih terbukti relevan, terhadap beberapa kasus melakukan tes PCR,"kata Dicky.

"Kemudian baik secara kesehatan, dan tidak berdasar dan tidak ilmiah ini bisa disampaikan calon pemimpin publik. Ini menggambarkan kurang atau dia kurang atau tidak menerapkan satu cara berpikir keputusan dan kebijakan berbasis sains, dan ini berbahaya ya. Bisa mengganggu kebijakan masyarakat dan merusak kepercayaan terhadap upaya pengendalian penyakit dalam didasarkan pada bukti ilmiah,"tandasnya.

(dec/spt)

No more pages